Baptisan Selam ala YAHWEH

Posted by Unknown 23.55, under | 2 comments






Setelah dua bulan lebih saya tidak berbuat apa-apa selain sibuk mencari sesuap nasi, hari ini ada  kesempatan (atau barangkali lebih tepatnya diada-adain kesempatan :) ) untuk menuliskan dokumentasi pribadi di Blog Obrolan Kristen ini. Walaupun tulisan ini saya pasang di blog, tetap saja ini dokumentasi pribadi saya, hanya saja boleh dibaca siapa pun yang ada waktu untuk membacanya, termasuk Anda yang saat ini sedang membacanya.


Dua bulan lalu saya sampai pada Kejadian 6:9 di mana saya Belajar Menyesal Seperti TUHAN Juga Menyesal.

Sekarang bacaan saya sampai di Kitab Kejadian 6:9-9:17 mengenai Peristiwa Air Bah.
Banyak hal-hal sulit yang membuat saya tidak mampu  untuk menjawab berbagai pertanyaan menyangkut peristiwa Air Bah, misalnya apakah Bahtera itu betul-betul mampu memuat seluruh binatang darat dan segala jenis burung yang ada? Mengingat di Bumi ini sekarang ada ribuan spesies binatang dari berbagai habitat. Dan seperti diketahui tidak semua binatang sanggup berpindah habitat. Pun seandainya Bahtera benar-benar mampu memuat seluruh spesies dan semua binatang sanggup menyesuaikan diri dari habitatnya yang asli di alam liar, entah alam tropis atau sub-tropis, ke habitat baru (kandang dalam Bahtera) lalu bagaimana Nuh memberi makan sekian banyak binatang dalam Bahtera selama 1 tahun lebih, mengingat ruang dalam Bahtera yang terbatas untuk membawa logistik selama itu. Bagaimana sistem sanitasinya agar para penumpang Bahtera, baik binatang maupun manusia tidak terkena penyakit? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang barangkali masih banyak lagi yang tidak mampu saya jawab.

Namun pertanyaan yang lebih penting barangkali adalah Mengapa TUHAN memberikan catatan yang tidak lengkap dengan tidak menceritakan peristiwa Air Bah secara detail?

Dulu ketika saya hendak menyerahkan tugas guru dalam bentuk print-out, dengan alasan penghematan, saya berusaha agar jumlah halaman yang harus saya print tidak lebih dari 10 lembar. Ketikan tugas saya akan saya edit sedemikian sehingga jumlahnya tidak lebih dari 10 lembar. Yaitu dengan cara kata-kata yang tidak perlu saya hapus, data-data yang bagi saya tidak penting juga saya hapus selama tidak mempengaruhi kejelasan maksud tulisan saya. Karena sering kata-kata yang tidak perlu justru bisa mengaburkan maksud tulisan tugas tersebut.

Demikian juga TUHAN tidak menyertakan tulisan atau data-data yang bagi TUHAN tidak penting agar jumlah halaman Alkitab tidak lebih dari 1.392 halaman, misalnya. Bisa dibayangkan berapa juta halaman yang dibutuhkan jika semua peristiwa Penciptaan sampai Akhir Jaman ditulis secara mendetail. Maka adalah masuk akal jika kemudian TUHAN membuang data-data yang tidak penting untuk merampingkan Alkitab selama tidak mengaburkan maksud TUHAN menulis Alkitab.

TUHAN menghapus atau tidak menyertakan detail peristiwa Air Bah yang mungkin penting bagi saya namun bagi TUHAN tidak penting untuk saya ketahui.
Ada hal lebih penting yang bisa saya gali dari Alkitab dengan ‘apa adanya’ Alkitab tersebut.

Alasan kedua mengapa saya merasa tidak tertarik menggali perkara-perkara sulit seperti di atas adalah hal-hal sulit tersebut jika saya kejar tidak memberi kontribusi positif terhadap iman saya, justru bisa menggoyahkan iman. (Roma12:3)

Lalu apa yang dapat saya pelajari dari peristiwa Air Bah?

I.                   Latar Belakang Air Bah
-          Nuh:
·         Tidak bercela di antara orang-orang sejamannya
·         Hidup bergaul dengan Allah
·         Memiliki 1 isteri, 3 anak laki2 dan 3 menantu perempuan.
-          Bumi:
·         Rusak di hadapan Allah
·         Penuh kekerasan
-          Alasan TUHAN mendatangkan Air Bah:
·         Allah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk di bumi karena manusia yang telah menjalankan kehidupannya yang rusak di bumi
II.                Persiapan Sebelum Datangnya Air Bah
-          Membuat Bahtera
·         Menentukan ukuran dan desain
·         Menentukan bahan2/ material2 Bahtera
-          Calon Penumpang Bahtera
·         Nuh dan keluarganya.
·         Binatang yang haram dan tidak haram.
-          Logistik yang harus dibawa kedalam Bahtera
·         Segala yang dapat dimakan oleh manusia dan binatang yang ada di dalam Bahtera
III.             Peristiwa Selama Air Bah
-          Asal Air Bah
·         Mata air samudera raya yang terbelah.
·         Terbukanya tingkap-tingkap langit.
-          Proses dan waktu Air Bah di Bumi
·         Hujan selama 40 hari 40 malam.
·         Bumi TERBENAM penuh selama 150 hari.
-          Bagaimana Air Bah Surut
·         Dengan hembusan angin (penguapan)
·         Mata air samudera raya tertutup
·         Tingkap-tingkap langit tertutup
-          Total waktu Peristiwa Air Bah adalah 1 tahun 10 hari.
IV.             Peristiwa Setelah Air Bah
-          Mezbah yang berbau harum.
-          Janji TUHAN terhadap diri-Nya sendiri.
-          Berkat untuk Nuh dan anak-anaknya.
-          Perintah Allah kepada Nuh.
-          Janji Allah bagi Nuh, anak-anaknya, dan seluruh makhluk.

Dari kronologi tersebut, terlihat bahwa poin-poin dalam Romawi II dan III bersifat teknis sehingga bagi saya poin tersebut masuk kategori perkara sulit digali.

Poin Romawi I menjelaskan kontradiksi perilaku hidup antara Nuh dengan semua manusia di zaman itu. Nuh hidup benar dan tak bercela sedangkan seluruh manusia lainnya hidup dalam kejahatan dan kekerasan satu sama lain. Oleh karena kejahatan dan kekerasan manusia yang hidup di atas bumi saat itu maka TUHAN berkehendak untuk menghapus seluruh makhluk hidup.
 

Barangkali seperti memformat harddisk komputer yang hang dan penuh virus, kemudian booting lagi dari awal dengan sistem operasi yang baru yang bersih bebas dari virus.

Hal-hal apa saja yang di-format ulang oleh TUHAN? Dari data Alkitab saya mendapat beberapa hal yang berbeda antara jaman sebelum Air Bah dengan jaman setelahnya. Misalnya jika dahulu kehidupan di bumi dimulai dari satu keluarga yaitu keluarga Adam, setelah Air Bah, kehidupan di bumi dimulai lagi oleh keluarga Nuh, keluarga yang benar dan tak bercela. Kemudian tentang iklim, musim dan hujan, sebelum Air Bah tidak disebutkan adanya iklim musim dan hujan. Pada masa sebelum Air Bah TUHAN membasahi Bumi dengan cara mendatangkan embun yang naik dan kemudian membasahi Bumi. Kemudian mengenai makanan manusia dan binatang, sebelum Air Bah manusia dan binatang makanannya adalah tumbuhan dan biji-bijian. Setelah Air Bah,  Nuh boleh makan daging, demikian juga dengan binatang, sekarang saya melihat banyak binatang pemakan daging. Namun demikian TUHAN wanti-wanti kepada Nuh untuk tidak makan darah atau menumpahkan darah manusia, karena manusia adalah gambaran TUHAN, artinya darah yang adalah nyawa dan jiwa manusia di situlah gambar TUHAN ada. Tidak boleh dibinasakan.
Dalam darah atau jiwa ada emosi, kehendak dan kecerdasan. Jadi untuk mengukur seberapa mirip manusia dengan TUHAN-nya adalah dengan cara mengukur seberapa mirip atau selaras emosi-nya dengan emosi TUHAN-nya, seberapa mirip/selaras kehendaknya dengan kehendak TUHAN-nya dan seberapa mirip/selaras kecerdasan-nya dengan kecerdasan TUHAN-nya. Ketiga hal ini (hati, kehendak dan hikmat) oleh pendeta sering disebut manusia batiniah atau manusia sejati.
Rasanya hanya manusia Yesus yang hati-nya selaras dengan hati Bapa, kehendak-nya selaras dengan kehendak Bapa, dan hikmat-nya selaras dengan hikmat Bapa.


Jika saya menggunakan istilah diformat ulang (re-formatted) bagi peristiwa Air Bah maka Rasul Petrus menyebut peristiwa Air Bah sebagai kiasan Baptisan (1 Pet 3:20-21). Injil Lukas 3: 3 menyebut Baptisan air adalah baptisan pertobatan dari perilaku dosa.
 

Sekarang saya melihat hubungan antara peristiwa Air Bah, kejahatan manusia, pertobatan dan Baptisan. Pada masa itu Air Bah menggambarkan keputusan TUHAN yang diawali dengan penyesalan atas kejahatan. Maksud didatangkannya Air Bah adalah untuk penghapusan kejahatan dan dimulainya kehidupan baru yang berkenan kepada TUHAN yang diwakili oleh keluarga Nuh.

Pada masa sekarang ketika kejahatan terjadi, harus timbul penyesalan, diikuti dengan baptisan pertobatan dan lahir baru, yang tujuannya adalah memiliki manusia batiniah yang baru yang segambar dengan TUHAN.

Jadi kalau boleh saya menyebut peristiwa tenggelamnya Bumi oleh Air Bah pada masa Nuh adalah Baptisan Selam ala YAHWEH kepada Bumi, anda setuju??

Belajar Menyesal Seperti TUHAN Juga Menyesal

Posted by Unknown 01.51, under | No comments



Tidak terasa bacaan saya hari ini sampai pada pasal 6 dari Kitab Kejadian. Setelah kemarin kita meng-obrol tentang pasal 1-5, sekarang kita akan meng-obrol pasl 6

Kejadian 6:1-13
 1 Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,  2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. 

Dalam dua ayat tersebut ada dua pihak yang disebut oleh penulis Kitab Kejadian yaitu kelompok “manusia” dan kelompok “anak-anak Allah”.
Kelompok yang disebut “manusia” ini memiliki anak-anak perempuan yang cantik-cantik, sehingga kelompok yang disebut “anak-anak Allah” mengambil sebagai isteri sesuka hati mereka siapa saja dari anak perempuan kelompok yang disebut “manusia”.
Ternyata kriteria memiliki isteri dalam berkeluarga bagi kelompok “anak-anak Allah” ini adalah hanya SIAPA SAJA YANG DISUKAI. Tidak dijelaskan dalam Kitab ini mengenai persoalan pokok dalam membina sebuah lembaga pernikahan tentang: 1) Siapa calon isteri, 2) Berapa banyak jumlah isteri yang bisa diambil, dan 3) Berapa lama seorang perempuan harus dijadikan isteri. Mengingat satu-satunya standar yang dipakai untuk menjadikan isteri adalah SIAPA SAJA YANG DISUKAI, maka persoalan “Siapa calon isteri” jelas bisa siapa saja; bisa janda, bisa gadis, bisa sangat muda, sangat tua, bisa isteri orang sekalipun, yang penting SIAPA SAJA YANG DISUKAI. Kedua persoalan “Berapa” juga tidak dijelaskan rinci di Kitab ini; bisa satu, bisa dua, bisa tiga, bisa empat, yang penting SIAPA SAJA YANG DISUKAI. Kemudian juga untuk persoalan berapa lama perempuan-perempuan tersebut dijadikan isteri oleh “anak-anak Allah” juga tidak dijelaskan; bisa sehari, seminggu, setahun, bisa seumur hidup, yang penting “anak-anak Allah” MASIH SUKA dan BELUM ADA PEREMPUAN CANTIK LAIN YANG DISUKAI.
Kemudian respon TUHAN mengenai kondisi pada ayat 3 ini adalah:

3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." 

Tentu saja kita setuju dengan TUHAN bahwa perilaku yang ditunjukan “anak-anak Allah” di atas jelas perilaku kedagingan. Nyata bahwa natur “anak-anak Allah” ini adalah daging.

4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. 

Generasi yang dilahirkan selanjutnya adalah generasi yang superior secara fisik, memiliki kekuatan otot melebihi orang lain. Barangkali ukuran mereka seperti Goliath. Sehingga sangat wajar jika orang-orang yang secara fisik memiliki kekuatan lebih memanfaatkan kelebihannya tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka mendominasi orang lain secara fisik. (ay. 11) Dalam tatanan dunia saat itu tentu saja belum ada hukum  bagi masyarakat seperti hukum saat ini. Hukum rimba barangkali menjadi hukum yang paling umum pada saat itu, siapa kuat dia yang berkuasa.  Sehingga mereka disebut orang-orang gagah perkasa dan kenamaan.
Dari serangkaian perilaku-perilaku tersebut, rakus-seksual dan kekerasan, maka munculah ayat 5


5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, 


Perhatikan baik-baik bahwa sejak ayat 5 ini maka sebutan “anak-anak Allah” sudah tidak ada lagi. Kemana masyarakat “anak-anak Allah” ini? Agaknya mereka telah menjadi sama dalam hal perilaku dan membaur dengan masyarakat “manusia” sehingga tidak ada lagi beda antara masyarakat “anak-anak Allah” dengan masyarakat “manusia”. Oleh sebab itu ayat 5 hanya menyebut “manusia” bagi mereka semua, baik masyarakat “manusia” maupun masyarakat yang dulunya adalah “anak-anak Allah”. 


6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. 
7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." 
8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.  10 Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.  11 Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.  12 Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.  13 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi

Ternyata di ayat 6 ada dua respon TUHAN yang ditulis: 1) TUHAN menyesal 2) TUHAN pilu hati-Nya.
Dari dua respon TUHAN tersebut kita melihat sisi lain dari sifat TUHAN Allah kita. Kalau kemarin dalam pasal 1 Kitab Kejadian kita meliha sisi kemahakuasaan Allah, sekarang kita melihat sisi emosi / perasaan TUHAN Allah kita.
Lha, kok TUHAN bisa emosi, menyesal, dan pilu? Kok mirip manusia banget ya? Apa TUHAN jangan-jangan manusia juga?
Tentu saja TUHAN bisa memiliki perasaan-perasaan seperti kita. Bukankah kita ini gambar-Nya.
Tetapi bukan berarti Si Gambaran ( yaitu manusia) dan Sang Gambar Asli ( yaitu TUHAN ) menjadi sama persis. Contohnya dalam hal kuasa; TUHAN memiliki kuasa untuk mencipta, kita juga punya kuasa untuk mencipta (inventing, creating, dll) namun tetap saja kuasa penciptaan kita tidak sama persis dengan kuasa penciptaan-Nya tetapi hanya gambaran dari kuasa-Nya saja.
Demikian juga dalam hal emosi. Emosi kita hanya gambaran dari emosi TUHAN. Bedanya emosi TUHAN tidak digerakan oleh kedagingan tetapi oleh KASIH karena natur TUHAN adalah KASIH, sedangkan natur manusia adalah daging. Kasih Allah nampak dari sini adalah bagaimana TUHAN berusaha membebaskan bumi dari dosa dengan membinasakan yang jahat namun memberi karunia kepada yang berperilaku benar, yaitu Nuh dan keluarganya.
Dalam hal ini kita belajar dari sisi perasaan TUHAN yaitu respon positif terhadap dosa adalah harus timbul perasan penyesalan.
Penyesalan dari sisi manusia akan membawa kepada pertobatan, sedangkan dari sisi TUHAN akan membawa kepada penghukuman kepada barang siapa – termasuk kita anak-anak Allah sekalipun – yang berperilaku kedagingan.
Jangan sampai kita membuat TUHAN menyesal telah menciptakan kita karena dosa-dosa kita. Jadi sebelum TUHAN menyesal terhadap kita, alangkah baiknya jika kita lebih dahulu menyesal terhadap dosa-dosa kita dan menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.






Henokh: Berjalan BersamaMu Bapa Seumur Hidupku

Posted by Unknown 21.05, under | No comments

Ketika membaca Kitab Kejadian Pasal 5 hal menarik yang muncul di sana adalah kisah hidup Henokh bin Yared bin Mahalaleel bin Kenan bin Enos bin Set bin Adam bin Allah (Kejadian 5, Lukas 3:23-38).
Henokh diceritakan hidup bergaul dengan Allah dan kemudian ia tidak ada lagi karena ia diangkat Allah. Kisah Henokh ini mirip sekali dengan lagu ini.

Bapa, pegang tanganku, aku rindu saat teduh bersamaMU,
dekap aku dalam hangat naunganMU, bawa hidupku padaMU,
masuk dalam altarMU yang kudus.

Bapa, pegang tanganku, aku rindu tinggal di dalam hatiMU,
Engkau terang yang membuatku melihat, melihat jauh ke dalam kebenaranMU Bapa.

Lebih dari nafasku Bapa, kuperlukan kasihMU Bapa,
berjalan di sampingMU Bapa, seumur hidupku.

Lebih dari nafasku Bapa, kuperlukan kasihMU Bapa,
peganglah tanganku ya Bapa, untuk selamanya.


Anak hamil di luar nikah, apa yang sesunguhnya terjadi?

Posted by Unknown 16.29, under | 1 comment


Dua bulan yang lalu saya mendengar kabar anak perempuan tetangga saya yang baru duduk di bangku kelas VII (1 SMP) terpaksa harus keluar sekolah untuk menikah karena pergaulan bebas. Dalam pergaulan kesehariannya ia memiliki cukup banyak kawan. Dalam kelompoknya mayoritas adalah laki-laki, meskipun terdapat beberap perempuan juga. Agaknya kelompok ini membawa anak gadis itu dalam pergaulan bebas yang menjerumuskannya dalam kesulitan sekarang ini.

Kami cukup prihatin sekali rasanya waktu mendengar kabar tersebut.

Pertanyaan yang timbul di hati saya saat itu adalah: mengapa hal itu bisa terjadi?

Dari sepengetahuan saya kedua orangtuanya sangat sibuk untuk mencari nafkah. Ibunya berangkat pagi jam 06.00 pulang jam 19.00 untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di beberapa keluarga sekaligus. Ketika ia sampai di rumah, energinya sudah habis untuk bekerja, tidak ada lagi sisa energi buat anak-anaknya. Sedangkan si Bapak kerja sebagai cleaning service di sebuah sekolahan. Setelah pulang bekerja si Bapak sibuk dengan dunianya sendiri, dengan hobinya memelihara burung, jalan-jalan dengan motor matic kreditan, mampir ke sana kemari. Sepertinya ia sangat menikmati hidupnya untuk kepuasan dirinya sendiri, mungkin itu ya yang dimaksud  pepatah ‘masa kecil kurang bahagia’?

Akibatnya si anak yang tidak memperoleh cukup perhatian dan didikan rohani, saat ia keluar dan meng-explore dunia tanpa pengawasan dan tanpa bekal Firman, gampang sekali menjadi korban sistem dunia yang rusak ini.

Lalu pelajaran apa yang kita petik dari kejadian di atas?

Kebetulan bacaan saya hari ini sampai di Kitab Kejadian 4:17-5:32 tentang anak keturunan Kain (4:17-24) dan anak keturunan Adam (4:25-5:32).

Kelompok pertama yang dibahas oleh Kitab Kejadian 4:17 ini adalah kelompok Kain, yaitu manusia pertama yang dikutuk TUHAN. Kita tentunya masih ingat dalam tulisan saya beberapa minggu yang lalu tentang persembahan Kain (kalau anda lupa bisa klik link tersebut untuk membacanya lagi) dan natur berdosa Kain yang tidak mampu ditaklukan Kain sehingga ia melampiaskan kemarahannya dengan membunuh Habel.



Setelah membunuh Habel, Kain pergi ke tanah Nod dan membuat sebuah komunitas sendiri terpisah dari komunitas Adam.

Saya mencoba menggambarkan perbedaan dua komunitas ini dengan menyusunnya dalam sebuah tabel di bawah ini menurut narasi Alkitab.

Perilaku Kain dan keturunannya
Kain:
Pelaku dosa pembunuhan pertama dan membangun sistem kota dan tentu saja sistem kota akan menjadi cikal bakal sistem dunia

Lamekh: 
Pelopor sistem polygami dan pelaku dosa pembunuhan kedua

Yabal: 
Dalam bidang ekonomi ia membuat sistem peternakan yang lebih modern dari pada Habel yang dianut oleh semua manusia pada saat itu, sehingga ia disebut bapa orang yang memelihara ternak.

Yubal:
Ia membangun sistem seni budaya yang tentu saja akan melengkapi sistem peradaban dunia yang dibangun Kain.

Tubal-Kain:
Sistem peradaban dunia tidak akan lengkap jika teknologi pengolahan logam tidak dikembangkan. Teknologi pengolahan logam merupakan cikal bakal sistem industri. Sisi ini dikembangkan oleh Tubal-Kain 

Naama:
Perempuan ini tidak dijelaskan peranannya dalam sistem dunia yang sedang dibangun Kain dan keturunannya, namun agaknya namanya cukup mengemuka pada saat itu, sehingga penulis Kitab Kejadian merasa perlu mencantumkan namanya. Kemungkinan besar ia mengemuka karena kecantikannya (Kej.6:2). Memang harus diakui sebuah sistem dunia pasti terkait dengan wanita di dalamnya. Bukannya saya bersifat sinis terhadap perempuan. Saya hanya sedang mencari keterkaitan yang paling mungkin di antara hal-hal di atas. Masih banyak kok wanita cantik yang baik hati dan tidak sombong..:)

Perilaku Adam dan Keturunannya

Adam:
Ia membuat seruan iman ketika kelahiran Kain dan Set (Kej.4:1 dan Kej.4:25)

Habel:
Membuat mezbah korban persembahan yang terbaik bagi TUHAN

Enos:
Pada masanya lah orang mulai memanggil nama TUHAN. Ia mempelopori pengenalan akan TUHAN.

Henokh:
Hidup bergaul dengan TUHAN dan akhirnya diangkat TUHAN.

Lamekh:
Ia membuat nubuatan terkait kelahiran Nuh anaknya, sebagai cerminan iman dan pengenalannya akan TUHAN.

Nuh:
Hidup bergaul dengan TUHAN seperti halnya Henokh (Kej.6:9), ia juga mendirikan mezbah doa dan korban persembahan kepada TUHAN (Kej.8:20)

Sekarang kita mengerti perbedaan besar dua komunitas ini.
Ternyata Kain dan keturunannya sibuk membangun sebuah sistem dunia yang di  dalamnya ada perilaku hawa nafsu sexual dan kekerasan yang dkerjakan oleh Lamekh, sistem ekonomi, budaya, science dan teknologi yang dibangun oleh anak-anak Lamekh.

Sedangkan Adam dan keturunannya walapun mereka tetap bekerja mencari nafkah dengan berternak dan mengolah tanah (Kej.5:29) namun prioritas utama mereka adalah membuat sebuah sistem ibadah kepada TUHAN yang berdasarkan iman, pengenalan akan TUHAN, intimacy, doa dan korban persembahan. Tidak berlebihan jika kemudian Lukas dalam kitab yang ditulisnya menyebut daftar keturunan ini sebagai anak-anak Allah ( Luk.3:23-38). Bandingkan juga dengan Kejadian 6:1 dan 2.

Inilah yang sekarang terjadi dalam dunia yang kita diami saat ini. Ada sekelompok orang yang hidupnya tenggelam dalam sistem dunia ini, baik dalam hal perilaku rakus-sexual (polygami, perkosaan, kawin-cerai dll), kekerasan fisik, cinta uang, dan ketamakan. Hal-hal yang abnormal bisa dianggap normal karena tuntutan sistem dunia (ada sebuah kalimat dalam bahasa Jawa yang berbunyi saiki jaman edan, nek ora ngedan ora keduman ~ sekarang jaman gila kalau ngga ikut gila-gilaan ngga dapat keuntungan apa-apa).

Namun ada pula kelompok kedua yang fokus utama hidupnya adalah untuk membangun ibadah kepada Allah yang berdasarkan iman, pengenalan akan TUHAN, hubungan pribadi dengan TUHAN, doa, dan korban ucapan syukur setiap hari.

Karena... semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi  Bapamu yang di Sorga  tahu kamu memerlukan semua itu, oleh karena itu wahai kamu anak-anakKU...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya... maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu!

Kristus telah memberi penghiburan yang sejati kepada anak-anak Allah yang memiliki prioritas hidup benar, mereka tidak akan berkekurangan hal materi walaupun prioritas hidup mereka pada hal-hal rohani, karena ada jaminan dari Bapa yang mengerti akan setiap kebutuhan hidup anak-anakNya.

Jadi sekarang, manakah yang akan kita bangun menjadi prioritas hidup kita? Sistem dunia atau sistem kehidupan ibadah kepada TUHAN?

To Love You the Way You Are

Posted by Unknown 15.56, under | No comments


Tidak terasa usia pernikahan kami sudah menginjak tahun yang ke 3. Banyak hal kami lalui, baik suka maupun duka.
Hal itu membuat saya merenung ke belakang apa yang sudah saya kerjakan untuk dia, apakah saya sudah memberi kebahagiaan selama 3 tahun ini, atau justru sebaliknya ( wah parah nih..).
Bingung juga saya menjawab, karena kalau menurut saya sih saya sudah melakukan semua yang terbaik... ( sekali lagi menurut saya lho..)
Tapi bagaimana menurut dia? Jangan-jangan malah sebaliknya...  :)

Sore sehabis makan, iseng-iseng saya tanya hal itu kepadanya apa selama tiga tahun kamu bahagia nggak sama saya? Dan jawabannya aku bahagia kok mas... ( moga aja dia ngga bohong...hehehe...tapi lega juga mendengar jawabannya)
Sayangnya dia tidak mengajukan pertanyaan yang sama kepada saya :( ...  barangkali dia ngga pede atau takut jawaban saya bakal bikin dia syok ... hehehe

Itulah realitas kehidupan pernikahan, ada kewajiban bagi kita untuk membahagiakan pasangan, untuk mengasihinya baik suka maupun duka, baik saat sehat maupun saat ia terkapar dan merepotkan karena sakit, baik saat kaya maupun saat ia mengecewakan karena jatuh miskin, baik ketika ia menyenangkan hati kita atau pun pada saat ia sangat menyebalkan, intinya adalah mengasihi dia apa adanya. (saya menulis dengan kata mengasihi bukan mencintai, atau barangkali lebih tepat seharusnya saya menulis dengan kata-kata mengasihi atau mencintai dengan kasih Kristus)
Sebab kalau kita mengasihi pasangan hanya bermodal dengan cinta pandangan pertama yang menggetarkan kalbu (walah-walah..), kita bakalan kecewa pada pandangan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya karena pada pandangan kedua ketiga dan seterusnya kita baru akan melihat sifat asli doi dan sudah pasti pernikahan yang didasari cinta pandangan pertama tidak mampu bertahan. Karena tidak ada satu pun manusia yang ideal sempurna, baik sebagai teman, saudara, orangtua, pemimpin gereja, apalagi sebagai pasangan hidup.

Tetapi persoalan yang ingin saya share bukan masalah pernikahan dua manusia, (yang berbeda jenis kelamin tentu saja), karena pernikahan manusia, yang walaupun kompleks, hanya gambaran dari pernikahan yang sesungguhnya, pernikahan yang benilai kekal, yaitu pernikahan kita dengan Kristus. (Eph 5 : 25 - 33)

Kristus sebagai suami telah membuktikan kepada saya dengan mengasihi saya apa adanya, baik ketika saya masih dalam keadaan berdosa maupun sekarang setelah saya diampuni dosanya oleh Dia, baik ketika saya bersikap menyenangkan hatiNya maupun ketika saya bersikap menyebalkan hatiNya. Dia tetap ada untuk saya, kasihNya tidak menjadi luntur atau pudar hanya karena saya jatuh dalam dosa, bahkan ketika saya berpaling dari Dia dan lari kepada ilah lain, Dia pun tetap ada untuk mencintai saya. Dia senantiasa berseru supaya saya kembali kepadaNya.
Ah, bahagianya saya dicintai sedemikian rupa.... Sungguh saya merasa mudah untuk balik mencintaiNya.

Tetapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan untuk mencintai balik. Bagaimana jika Kristus yang mengecewakan saya? Apakah saya masih mampu mencintaiNya. Persoalan rumah tangga, jodoh, ekonomi, pelayanan sepertinya tidak pernah berhenti menerpa kehidupan saya. Walaupun sudah berdoa dengan nangis-nangis sekalipun, puasa, dlsb tetapi keadaan tetap tidak berubah malah seakan-akan semakin berat saja. Walaupun sudah melakukan (setiap) firmanNya, setia melakukan persembahan tetapi tetap saja tidak ada jalan keluar.
Dalam hal ini jelas Dia sekarang menjadi pribadi yang menyebalkan bagi saya, karena nyata-nyata Dia tidak mau memakai kuasaNya untuk menghardik persoalan dalam hidup saya yang katanya dicintaiNya dan menggantinya dengan damai sejahtera, kesehatan, berkat melimpah-melimpah dan umur panjang ( pokoknya paket komplit dari sorga deh...hehehe).

Dalam keadaan yang tertekan saya teringat akan The Wedding Vow  dalam Ulangan 6:5 "Kasihilah TUHAN Allah mu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu",  ketika saya membuat komitmen untuk mengikuti Dia, janji untuk mengasihiNya baik saat sehat maupun sakit, saat kaya maupun miskin, saat menyenangkan atau menyebalkan.

Sekarang saya sadar bahwa pada saat kesukaran dan persoalan melanda, inilah momen yang tepat untuk membuktikan kepadaNya bahwa saya mengasihiNya lebih dari segala persoalan rumah tangga, jodoh, persoalan pelayanan, segala materi kebutuhan hidup dan penyakit yang sepertinya tidak kunjung sembuh.
Inilah saat yang tepat untuk tetap mencintaiNya baik saat Dia baik pada saya maupun pada saat di mana sepertinya Dia tidak perduli dengan saya.
Karena itulah hakekat hubungan saya dengan Dia, bukan berdasarkan ritual agamawi, atau berdasarkan segala perhitungan keuntungan-keuntungan yang saya peroleh dari Dia semata namun atas dasar saling mengasihi dengan segala kelebihan dan 'kekurangan' Nya. 
Tuhan, aku ingin belajar mengasihi Engkau apa adaNya diri-Mu seperti halnya Engkau mengasihi aku apa adanya diriku...




sumber gambar: taraummomar.wordpress.com

Kejadian 4:1-16 : Dosa Manusia Jilid II - Persembahan Kain

Posted by Unknown 11.16, under , | No comments

Setelah kemarin kita membaca Kejadian pasal 1-3 tentang Asal Dosa Manusia, Restorasi dan Keselamatan manusia, narasi teks Alkitab Kejadian 4 ini dimulai dengan kelahiran Kain, anak Adam yang pertama. Hawa yang agaknya masih berduka akan kesalahan mereka yang mengakibatkan mereka dihalau dari Taman Eden, menyangka bahwa Kain inilah keturunannya yang dimaksud TUHAN yang akan meremukan Ular dan keturunannya. Hal ini nampak dari seruan imannya sesaat setelah melahirkan Kain: “Aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”
Dia menyangka persoalan dosa akan segera selesai sampai di sini. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Hawa tidak mengerti bahwa Kain mewarisi tubuh jasmaninya yang sudah semakin merosot kualitasnya terhadap kuasa dosa dibanding awal pertama TUHAN menciptakan mereka dulu. Pertanyaannya; lalu mengapa Habel bisa lebih mengasihi TUHAN dari pada Kain? Bukankah Habel juga sama memiliki tubuh jasmani yang telah semakin lemah terhadap kuasa dosa?
Jawabannya adalah bahwa di sini kita sudah mulai diajar prinsip Anugerah. Seperti halnya TUHAN telah memilih Yakub dari pada Esau sejak dalam kandungan, yaitu sebelum keduanya melakukan satu perbuatan apapun, baik perbuatan buruk ataupun perbuatan baik. Supaya kita belajar mengerti bahwa kemampuan kita untuk tidak berbuat dosa adalah berasal dari anugerah TUHAN (1 Yoh.3:9).
Ok, setelah tadi kita berbelok sedikit ke topik Anugerah, sekarang kita lanjutkan membaca narasi Kejadian 4 berikutnya.
Alkitab mencatat, karena Kain seorang petani maka ia mempersembahkan sebagian hasil tanah itu kepada TUHAN. Tidak ada keterangan lebih detail mengenai persembahan Kain, baik kualitas maupun kuantitasnya. Barangkali tidak buruk tapi jelas tidak istemewa, biasa-biasa saja.
Sedangkan Habel sebagai seorang peternak, ia mempersembahkan juga persembahan kepada TUHAN. Bedanya Alkitab memberi keterangan lebih detail terhadap persembahan Habel, yaitu”... persembahan anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya”. Dengan demikian gambaran kuantitas dan kualitas persembahan Habel nampak dari keterangan tersebut. Secara kuantitas, Habel mempersembahkan kambing domba yang tergolong anak sulung. Jadi seandainya Habel memiliki 20 ekor kambing domba dengan asumsi 5 jantan 15 betina, maka secara kuantitas Habel akan mempersembahkan 15 ekor anak sulung dari setiap betina yang melahirkan tersebut sekaligus atau periodik.
Namun Habel juga masih memiliki syarat kualitas bagi persembahannya yaitu harus pertama dilahirkan (sulung) kambing domba dan yang gemuk. Jadi jika ia memiliki anak domba yang gemuk tapi bukan sulung jelas tidak masuk kriteria, apalagi jika anak kambing yang kurus dan lahir terakhir. Dengan demikian kita belajar bahwa persembahan Habel bukan persembahan yang biasa-biasa saja, namun persembahan yang timbul dari hati yang megasihi TUHAN.
Narasi berikutnya menceritakan bagaimana TUHAN respek terhadap Habel dan respek terhadap persembahannya. Namun TUHAN tidak respek terhadap Kain dan persembahannya.
Reaksi spontan Kain melihat hal itu adalah ia menjadi marah (hatinya sangat panas – Kej.4:5), dalam terjemahan King James, Kain menjadi murka.
Sebetulnya saya tidak terlalu kaget atau heran apalagi mencibir dengan reaksi Kain tersebut. Soalnya saya juga sering mengalaminya.. hehe...
Sangat sering ketika orang lain tidak respek dengan saya atau hasil kerja saya, reaksi spontan saya adalah ‘murka’ terhadap orang itu, bukannya berbuat baik dengan cara merenung dan berbenah diri. Karena lebih gampang bagi diri saya untuk murka dari pada berbuat baik. Soalnya saya dengan Kain sama-sama mewarisi tubuh jasmani yang lemah terhadap kuasa dosa, bedanya saya memiliki pengharapan dalam Kristus yang di dalam daging telah menang terhadap kuasa dosa.
Melihat hal tersebut TUHAN mengingatkan Kain mengenai kecenderungan hatinya yang lebih suka untuk tidak berbuat baik dari pada berbuat baik sekaligus TUHAN mengingatkan Kain akan kewajiban Kain untuk mengalahkan kuasa dosa.
Harapan TUHAN supaya Kain bertobat ternyata tidak mendapat reaksi positif dari Kain, malah sebaliknya Kain semakin mengeraskan hatinya untuk memuaskan tuntutan hatinya yang marah kepada Habel sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan manusia untuk pertama kalinya.



Darah sudah ditumpahkan, Kain hutang darah kepada TUHAN.
Kalau dahulu pada pasal 3 saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa TUHAN hanya mengutuk Ular dan tanah atas pelanggaran Adam dan Hawa, maka sekarang Kain –lah yang dikutuk TUHAN, jauh terbuang dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adiknya (Kej. 4:11). (lihat juga, ayat 10 : .. darah adikmu berteriak-teriak dari tanah). Penulis Kitab Kejadian mempersonafikasikan tanah dengan tujuan seakan-akan tanah memiliki andil dalam kejahatan ini.
Tanah yang sudah dikutuk dan diusahakan oleh seorang yang telah dikutuk tidak akan menghasilkan hasil yang bagus lagi. Sebagai seorang petani Kain kehilangan segalanya, yaitu penghidupannya yang dicintainya lebih daripada TUHAN. Ditambah lagi Kain tidak diterima dan dibenci komunitas yang ada pada saat itu, yaitu populasi keluarga besar Adam.
TUHAN tidak ingin Kain mati karena dibunuh oleh Adam atau keluarga besarnya yang lain dalam keadaan berdosa. TUHAN masih memberi kesempatan kepada Kain untuk bertobat, oleh karena itu TUHAN menaruh tanda supaya jangan dibunuh. TUHAN masih mengasihi Kain dan TUHAN ingin dosa pembunuhan ini yang pertama dan terakhir. Itulah sebabnya TUHAN memberikan ancaman sanksi balasan tujuh kali lipat kepada orang lain yang hendak melakukan dosa pembunuhan lagi. No more killing, no more violence!
Kita sama-sama melihat betapa TUHAN mengasihi manusia dan membenci dosa. Kita melihat tubuh jasmani kita lemah terhadap kuasa dosa oleh sebab itu bersandar kepada TUHAN dan mengasihi TUHAN lebih dari hidup ini adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kekuatan untuk lepas dari kuasa dosa.

Kitab Kejadian Pasal 1 - 3 : Asal Dosa Manusia, Restorasi dan Keselamatan Manusia

Posted by Unknown 23.37, under , | 2 comments



Pertama-tama saya berharap kita bersama menggarisbawahi bahwa artikel ini ditulis dalam rangka untuk tidak berusaha menjawab Asal Dosa Secara Umum, namun sebatas Asal Dosa Manusia. Saya setuju pernyataan Teolog Harun Hadiwijono yang mengatakan: “Asal dan Sumber Dosa merupakan misteri Allah yang tidak mungkin manusia mampu menyingkapkan secara jelas.”

Namun artikel lebih untuk mencoba menjawab pertanyaan kaum atheis yang mengajukan pertanyaan benarkah Freewill yang menjadikan manusia/malaikat jatuh dalam dosa? Kalau benar freewill yang membuat manusia/malaikat jatuh dalam dosa, maka pada masa kekekalan di Sorga nanti di mana manusia masih memiliki freewill, besar kemungkinan manusia/malaikat bisa jatuh ke dalam dosa lagi. Artinya adalah bakalan ada lagi kejatuhan manusia/malaikat yang kedua kalinya, apakah dengan demikian Allah harus sekali lagi disalib untuk menebus ciptaanNya yang jatuh dalam dosa (lagi)?

Kedua, artikel ini diharapkan bisa menjawab persoalan mengenai perbuatan dosa adalah pilihan, di mana manusia memiliki kemampuan memilih untuk tidak berbuat dosa, seperti yang diyakini banyak saudara saya.
Akan tetapi pada kenyataannya sering kita, atau tepatnya saya, melakukan dosa tanpa sempat memilih atau berpikir, perbuatan dosa sering muncul sebagai sebuah reaksi spontan yang sulit kita, atau tepatnya saya, bendung. Namun saya percaya bahwa pertobatan adalah pilihan. Sedangkan kemampuan untuk tidak berbuat dosa berasal dari Allah (1Yoh3:9, Roma 8:13). Topik ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan persoalan freewill  diatas.

Ketiga, dengan perspektif baru dari Kitab Kejadian pasal 1 ini kita akan bisa menjawab persoalan dalam Yohanes 3:3-5 mengenai pemahaman lahir dari atas, lahir dari air dan Roh, karena ada sebagian dari saudara kita yang beranggapan bahwa lahir dari air adalah lahir melalui rahim wanita. Pendapat ini agak aneh mengingat bukankah itu yang ada dalam pikiran Nikodemus? Jelas Yesus mengkritik pemikiran itu, mengapa kita malah mengulangi lagi kesalahan pemikiran tersebut?

Penciptaan Sorga dan Bumi: Dua lokasi utama yang dikontraskan

Kej. 1:1 LAI - Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Kata (~yIm:ßV'h;) shamayim pada ayat ini tidak menunjuk langit karena langit sebagai salah satu bagian alam semesta baru dijadikan pada ayat 8. Jadi ayat pertama ini berusaha mengkontraskan antara Sorga dan Bumi, yaitu suatu usaha untuk menjelaskan sebuah penciptaan 2 obyek / lokasi utama di jagat ciptaan Tuhan, yaitu Sorga dan Bumi. 

Sifat Bumi yang sangat kontras dengan Sorga

Kej. 1:2 LAI - Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kemudian dijelaskan kondisi Bumi diselimuti kegelapan dan adanya suatu jurang yang sangat dalam (the deep) dimana Kegelapan berada di atasnya (and darknes was upon the face of the deep, KJV). Hanya saya lebih percaya bahwa kata ‘the deep’- KJV, atau ‘samudera’ -LAI, atau ’Abyss’ -LXX ini bukan istilah geografis karena sampai saat ini pun kita kesulitan untuk melokalisir di belahan Bumi sebelah mana tepatnya keberadaan jurang yang sangat dalam ini. Pemahaman yang lebih tepat dari kata abyss ini jika dimaksudkan oleh penulis kitab Kejadian sebagai suatu istilah telogis adalah, bahwa jurang ini merupakan lokasi where The Darknes rules (KJV - and darknes was upon the face of the deep. band. Wah.9:1).
Ada hal yang cukup menarik berkaitan dengan kondisi bumi saat itu, untuk direnungkan, bahwa LXX menterjemahkan tohu wa bohu sebagai 'unseen' atau 'invisible' dan 'unformed'  (avo,ratoj kai. avkataskeu,astoj), artinya kondisi bumi pada saat itu tidak bisa diindera oleh indera manusia, dalam hal ini mata, hal ini semakin memperkuat dugaan kita bahwa ayat 2 yang menerangkan adanya abyss dan kegelapan tidak semata-mata dalam arti harafiah namun juga memiliki sebuah makna teologis.

Temuan yang cukup menarik muncul dari Kitab Yeremia 4:23 di mana Allah dalam Firman-Nya kepada nabi Yeremia memakai sekali lagi kalimat yang sama dipakai pada Kejadian 1:2 tetapi dalam konteks yang berbeda. Konteks yang dipakai untuk menjelaskan tohu wa bohu atau diterjemahkan oleh LAI 'bumi campur-baur dan kosong... dan tidak adanya terang di Sorga-LAI, (band. Kejadian 1:2-3)' adalah pemberontakan, perzinahan rohani, ketidaktaatan, tidak ada pengertian dan pengenalan akan Allah dari umat-Nya.
Berangkat dari perspektif ini, maka kita sekarang memahami Kejadian 1:2-3 yang mencoba menerangkan kepada kita kondisi Bumi yang dipenuhi adanya pemberontakan, perzinahan rohani, ketidaktaatan, tidak ada pengertian, tidak ada pengenalan akan Allah di Bumi. Lalu siapa pelaku dari semua kejahatan di atas? Besar kemungkinan adalah malaikat-malaikat-Nya yang tidak taat dan dibuang ke Bumi (Wah.12:4, 12:9, 2Pet.2:4, Yud.1:6, Yes.4:12, Luk.10:18 )

Restorasi Bumi

Kej.1:3-4 LAI- Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.

Maka, berkebalikan dengan itu, penciptaan Terang di Kejadian 1:3 dapat dimaknai sebagai karunia Allah kepada Bumi agar Bumi memiliki ketaatan, kekudusan, pengertian dan pengenalan akan Allah yang membawa kepada hormat dan Takut akan Allah. (band.Yoh.1:5 dan 9, Yes.11:9)
Terang di sini bukan matahari atau bulan atau benda penerang lain seperti yang diyakini saudara kita dari Saksi Yehuwa, karena matahari dan benda-benda penerang di langit belum diciptakan. Mereka baru diciptakan di ayat 14.
Allah menjadikan Terang sebagai awal atau dasar dari seluruh proses restorasi Bumi. Pada hari yang keenam proses restorasi Bumi sampai pada Manusia sebagai gambar dan rupa Allah yang diberi tanggung jawab untuk berkuasa atas Bumi menggantikan penguasa sebelumnya. Namun agaknya proses restorasi ini tidak bisa dilaksanakan manusia karena pada hakekatnya mereka diambil dari Bumi (band.Kej.3:19, 1 Kor.15:47), yang sejak semula telah korup oleh 'kegelapan'. Penganalogian bahan dasar yang telah korup membuat produk turunannya cenderung korup diperkuat dengan kisah kelahiran Yesus melalui Maria. Maria yang telah korup oleh dosa membuat Yesus, anak yang dilahirkannya juga memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa, terbukti Iblis dengan penuh semangat mencobai Yesus sejak di padang gurun hingga di atas kayu salib tentu saja dengan harapan Yesus jatuh dalam dosa, hanya saja manusia Yesus senatiasa bergantung kepada Allah dan Firman-Nya sehingga mampu untuk tidak berbuat dosa seumur hidupNya di Bumi.
Jadi Allah mengetahui bahwa dalam diri manusia ada unsur-unsur Bumi, yaitu kecenderungan memberontak, ketidaktaatan, tidak ada pengertian dan pengenalan akan Allah yang tertanam dalam tubuh dan pikiran mereka.
Bukti keberadaan potensi dosa yang ada dalam diri manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa ada di dalam Kej.3:6, 

Manusia membutuhkan Allah

Kej.3:6 LAI- "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian (menjadi seperti Allah)..." 
Catatan: kata dalam kurung adalah tambahan dari penulis.


Dalam Kej.3:6 ditulis hal-hal yang ada dalam pikiran atau dalam hati manusia sebelum mereka jatuh dalam dosa; yaitu hal-hal yang menurut penatua Yohanes tidak boleh dikasihi karena berasal dari dunia dan membawa kepada kebinasaan (1Yoh.2:16) yaitu keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan hidup. Itulah sebabnya Allah memberi Perintah/Hukum kepada Adam untuk tidak memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, supaya nyata bahwa dalam diri manusia ada kecenderungan berbuat dosa, karena menurut Paulus, Perintah/Hukum pada dasarnya bertujuan untuk menyatakan dosa (Roma 7:3), dan supaya mereka mengerti bahwa mereka butuh Allah untuk menolong mereka dari dosa dan kecenderungan dosa yang ada dalam mereka. Oleh karena itu sekarang kita mengerti mengapa Hukum Taurat dimunculkan sebelum kedatangan Kristus.
Jadi proses penyelamatan manusia oleh Allah bersifat menyeluruh yaitu meliputi kekudusan pikiran ( Roma 12:2), dan kekudusan tubuh (Roma 12:1) yang hanya dapat dikerjakan melalui Yesus Kristus (Ibr.9:14, 1Yoh.1:7, Rom.3:25),. Jadi setelah orang percaya membasuh pikirannya dari pikiran-pikiran yang berdosa dengan Firman maka pada akhirnya untuk menyempurnakan kemenangan Orang Percaya akan dosa adalah karunia Tubuh Sorgawi   (1Kor.15:40).
Tubuh Sorgawi tidak memiliki kelemahan terhadap dosa. Menurut Yesus, kehidupan di Sorga nanti, manusia (yang telah memiliki tubuh sorgawi) tidak kawin dan dikawinkan (Mat.22:30). Dari fakta tersebut muncul kesimpulan bahwa tubuh Sorgawi tidak tunduk terhadap tuntutan daging, dalam hal ini sexual desire, seperti halnya tubuh duniawi sekarang ini. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup tidak berkuasa lagi di dalam tubuh Sorgawi kita nanti, artinya tubuh Sorgawi bebas sepenuhnya dari kuasa dosa (Roma 8:23, 7:24). Jadi dapat kita bayangkan sekarang bahwa keadaan orang percaya yang hidup di Sorga nanti adalah orang-orang yang pikirannya telah bersih dari dosa oleh karena Firman dan mereka memiliki tubuh kudus yang tidak lagi memiliki keinginan daging, dengan demikian potensi untuk berbuat dosa di Sorga pada masa kekekalan sudah tidak ada lagi, meski pun kita masih memiliki freewill. 

Keselamatan dan Penyelesaian dosa dalam Injil Yohanes pasal 3:3-7

Kemudian kalau kita maju ke kitab Yohanes pasal 3:3-7, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas jika dilihat dari perspektif Kitab Kejadian 1 ini.

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Yoh.3:3-7 LAI

Berulang kali Alkitab menerangkan fungsi air sebagai sarana pembasuhan atau penyucian. Sejalan dengan pemikiran itu, Yesus dan Paulus sepakat bahwa manusia harus dibersihkan dan disucikan bukan hanya tubuhnya tetapi pertama dan terutama adalah pembersihan hati atau pikiran melalui Firman Allah dan Roh Kudus (Ibr.10:22, Yoh.13:10, Fil.2:5), itulah yang dimaksud dengan lahir dari air.
Kemudian setelah pikiran kita diperbarui dengan Firman menjadi sepikiran dengan Kristus, maka proses kelahiran selanjutnya adalah kelahiran Tubuh Sorgawi yaitu kelahiran yang dikerjakan oleh Roh Allah sendiri pada saat pengangkatan kelak (Roma 8:23), seperti halnya Kristus sendiri telah lahir dengan tubuh kemuliaan setelah dibangkitkan oleh Roh Allah (Roma 8:11), menjadi yang sulung/yang pertama bagi setiap orang percaya di hadapan Bapa, dengan demikian setelah kedua proses kelahiran kembali itu terjadi maka sempurnalah seluruh proses keselamatan yang dikerjakan Allah bagi kita supaya kita bisa masuk dalam Kerajaan Allah.

Kesimpulan
  • Pada waktu diciptakan, tubuh Adam adalah tubuh duniawi, yaitu tubuh yang memiliki potensi untuk berbuat dosa, terbukti ia memiliki keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup, sebelum kejatuhannya. Ia juga memiliki sexual desire sebagai pertanda bahwa tubuhnya adalah tubuh duniawi karena tubuh Sorgawi tidak memiliki sexual desire, ingat Adam kawin / memiliki istri sebelum ia jatuh dalam dosa.
  • Kejatuhan manusia bukan masalah pilihan untuk berbuat dosa atau tidak. Kejatuhan manusia juga bukan semata masalah makanan, tetapi lebih dari itu adalah masalah keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup yang ada di dalam manusia sejak manusia diciptakan. Dengan demikian siapa pun dia, tidak harus Adam, jika masih memiliki keinginan mata, keangkuhan hidup dan keinginan daging, pasti jatuh, cepat atau lambat. Maksudnya adalah pada saat itu Adam mewakili manusia pada umumnya. Kejatuhan Adam adalah kejatuhan saya dan Anda, namun sekaligus janji keselamatan bagi Adam adalah janji keselamatan bagi saya dan Anda juga.
  •  Allah tidak menjebak/mencobai manusia ketika Ia menaruh pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat di tengah-tengah taman Eden dan memerintahkan manusia untuk tidak memakannya. Kejatuhan manusia tidak dirancang Allah namun tidak juga di luar kontrol Allah. Tetapi dengan adanya perintah tersebut supaya nyata bagi manusia bahwa manusia membutuhkan Allah untuk menyelesaikan potensi dosa yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini Allah nyata Ia tidak memiliki rancangan jahat, justru sejak semula rancangan-Nya adalah rancangan keselamatan bagi manusia.