Henokh: Berjalan BersamaMu Bapa Seumur Hidupku

Posted by Unknown 21.05, under | No comments

Ketika membaca Kitab Kejadian Pasal 5 hal menarik yang muncul di sana adalah kisah hidup Henokh bin Yared bin Mahalaleel bin Kenan bin Enos bin Set bin Adam bin Allah (Kejadian 5, Lukas 3:23-38).
Henokh diceritakan hidup bergaul dengan Allah dan kemudian ia tidak ada lagi karena ia diangkat Allah. Kisah Henokh ini mirip sekali dengan lagu ini.

Bapa, pegang tanganku, aku rindu saat teduh bersamaMU,
dekap aku dalam hangat naunganMU, bawa hidupku padaMU,
masuk dalam altarMU yang kudus.

Bapa, pegang tanganku, aku rindu tinggal di dalam hatiMU,
Engkau terang yang membuatku melihat, melihat jauh ke dalam kebenaranMU Bapa.

Lebih dari nafasku Bapa, kuperlukan kasihMU Bapa,
berjalan di sampingMU Bapa, seumur hidupku.

Lebih dari nafasku Bapa, kuperlukan kasihMU Bapa,
peganglah tanganku ya Bapa, untuk selamanya.


Anak hamil di luar nikah, apa yang sesunguhnya terjadi?

Posted by Unknown 16.29, under | 1 comment


Dua bulan yang lalu saya mendengar kabar anak perempuan tetangga saya yang baru duduk di bangku kelas VII (1 SMP) terpaksa harus keluar sekolah untuk menikah karena pergaulan bebas. Dalam pergaulan kesehariannya ia memiliki cukup banyak kawan. Dalam kelompoknya mayoritas adalah laki-laki, meskipun terdapat beberap perempuan juga. Agaknya kelompok ini membawa anak gadis itu dalam pergaulan bebas yang menjerumuskannya dalam kesulitan sekarang ini.

Kami cukup prihatin sekali rasanya waktu mendengar kabar tersebut.

Pertanyaan yang timbul di hati saya saat itu adalah: mengapa hal itu bisa terjadi?

Dari sepengetahuan saya kedua orangtuanya sangat sibuk untuk mencari nafkah. Ibunya berangkat pagi jam 06.00 pulang jam 19.00 untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di beberapa keluarga sekaligus. Ketika ia sampai di rumah, energinya sudah habis untuk bekerja, tidak ada lagi sisa energi buat anak-anaknya. Sedangkan si Bapak kerja sebagai cleaning service di sebuah sekolahan. Setelah pulang bekerja si Bapak sibuk dengan dunianya sendiri, dengan hobinya memelihara burung, jalan-jalan dengan motor matic kreditan, mampir ke sana kemari. Sepertinya ia sangat menikmati hidupnya untuk kepuasan dirinya sendiri, mungkin itu ya yang dimaksud  pepatah ‘masa kecil kurang bahagia’?

Akibatnya si anak yang tidak memperoleh cukup perhatian dan didikan rohani, saat ia keluar dan meng-explore dunia tanpa pengawasan dan tanpa bekal Firman, gampang sekali menjadi korban sistem dunia yang rusak ini.

Lalu pelajaran apa yang kita petik dari kejadian di atas?

Kebetulan bacaan saya hari ini sampai di Kitab Kejadian 4:17-5:32 tentang anak keturunan Kain (4:17-24) dan anak keturunan Adam (4:25-5:32).

Kelompok pertama yang dibahas oleh Kitab Kejadian 4:17 ini adalah kelompok Kain, yaitu manusia pertama yang dikutuk TUHAN. Kita tentunya masih ingat dalam tulisan saya beberapa minggu yang lalu tentang persembahan Kain (kalau anda lupa bisa klik link tersebut untuk membacanya lagi) dan natur berdosa Kain yang tidak mampu ditaklukan Kain sehingga ia melampiaskan kemarahannya dengan membunuh Habel.



Setelah membunuh Habel, Kain pergi ke tanah Nod dan membuat sebuah komunitas sendiri terpisah dari komunitas Adam.

Saya mencoba menggambarkan perbedaan dua komunitas ini dengan menyusunnya dalam sebuah tabel di bawah ini menurut narasi Alkitab.

Perilaku Kain dan keturunannya
Kain:
Pelaku dosa pembunuhan pertama dan membangun sistem kota dan tentu saja sistem kota akan menjadi cikal bakal sistem dunia

Lamekh: 
Pelopor sistem polygami dan pelaku dosa pembunuhan kedua

Yabal: 
Dalam bidang ekonomi ia membuat sistem peternakan yang lebih modern dari pada Habel yang dianut oleh semua manusia pada saat itu, sehingga ia disebut bapa orang yang memelihara ternak.

Yubal:
Ia membangun sistem seni budaya yang tentu saja akan melengkapi sistem peradaban dunia yang dibangun Kain.

Tubal-Kain:
Sistem peradaban dunia tidak akan lengkap jika teknologi pengolahan logam tidak dikembangkan. Teknologi pengolahan logam merupakan cikal bakal sistem industri. Sisi ini dikembangkan oleh Tubal-Kain 

Naama:
Perempuan ini tidak dijelaskan peranannya dalam sistem dunia yang sedang dibangun Kain dan keturunannya, namun agaknya namanya cukup mengemuka pada saat itu, sehingga penulis Kitab Kejadian merasa perlu mencantumkan namanya. Kemungkinan besar ia mengemuka karena kecantikannya (Kej.6:2). Memang harus diakui sebuah sistem dunia pasti terkait dengan wanita di dalamnya. Bukannya saya bersifat sinis terhadap perempuan. Saya hanya sedang mencari keterkaitan yang paling mungkin di antara hal-hal di atas. Masih banyak kok wanita cantik yang baik hati dan tidak sombong..:)

Perilaku Adam dan Keturunannya

Adam:
Ia membuat seruan iman ketika kelahiran Kain dan Set (Kej.4:1 dan Kej.4:25)

Habel:
Membuat mezbah korban persembahan yang terbaik bagi TUHAN

Enos:
Pada masanya lah orang mulai memanggil nama TUHAN. Ia mempelopori pengenalan akan TUHAN.

Henokh:
Hidup bergaul dengan TUHAN dan akhirnya diangkat TUHAN.

Lamekh:
Ia membuat nubuatan terkait kelahiran Nuh anaknya, sebagai cerminan iman dan pengenalannya akan TUHAN.

Nuh:
Hidup bergaul dengan TUHAN seperti halnya Henokh (Kej.6:9), ia juga mendirikan mezbah doa dan korban persembahan kepada TUHAN (Kej.8:20)

Sekarang kita mengerti perbedaan besar dua komunitas ini.
Ternyata Kain dan keturunannya sibuk membangun sebuah sistem dunia yang di  dalamnya ada perilaku hawa nafsu sexual dan kekerasan yang dkerjakan oleh Lamekh, sistem ekonomi, budaya, science dan teknologi yang dibangun oleh anak-anak Lamekh.

Sedangkan Adam dan keturunannya walapun mereka tetap bekerja mencari nafkah dengan berternak dan mengolah tanah (Kej.5:29) namun prioritas utama mereka adalah membuat sebuah sistem ibadah kepada TUHAN yang berdasarkan iman, pengenalan akan TUHAN, intimacy, doa dan korban persembahan. Tidak berlebihan jika kemudian Lukas dalam kitab yang ditulisnya menyebut daftar keturunan ini sebagai anak-anak Allah ( Luk.3:23-38). Bandingkan juga dengan Kejadian 6:1 dan 2.

Inilah yang sekarang terjadi dalam dunia yang kita diami saat ini. Ada sekelompok orang yang hidupnya tenggelam dalam sistem dunia ini, baik dalam hal perilaku rakus-sexual (polygami, perkosaan, kawin-cerai dll), kekerasan fisik, cinta uang, dan ketamakan. Hal-hal yang abnormal bisa dianggap normal karena tuntutan sistem dunia (ada sebuah kalimat dalam bahasa Jawa yang berbunyi saiki jaman edan, nek ora ngedan ora keduman ~ sekarang jaman gila kalau ngga ikut gila-gilaan ngga dapat keuntungan apa-apa).

Namun ada pula kelompok kedua yang fokus utama hidupnya adalah untuk membangun ibadah kepada Allah yang berdasarkan iman, pengenalan akan TUHAN, hubungan pribadi dengan TUHAN, doa, dan korban ucapan syukur setiap hari.

Karena... semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, tetapi  Bapamu yang di Sorga  tahu kamu memerlukan semua itu, oleh karena itu wahai kamu anak-anakKU...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya... maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu!

Kristus telah memberi penghiburan yang sejati kepada anak-anak Allah yang memiliki prioritas hidup benar, mereka tidak akan berkekurangan hal materi walaupun prioritas hidup mereka pada hal-hal rohani, karena ada jaminan dari Bapa yang mengerti akan setiap kebutuhan hidup anak-anakNya.

Jadi sekarang, manakah yang akan kita bangun menjadi prioritas hidup kita? Sistem dunia atau sistem kehidupan ibadah kepada TUHAN?

To Love You the Way You Are

Posted by Unknown 15.56, under | No comments


Tidak terasa usia pernikahan kami sudah menginjak tahun yang ke 3. Banyak hal kami lalui, baik suka maupun duka.
Hal itu membuat saya merenung ke belakang apa yang sudah saya kerjakan untuk dia, apakah saya sudah memberi kebahagiaan selama 3 tahun ini, atau justru sebaliknya ( wah parah nih..).
Bingung juga saya menjawab, karena kalau menurut saya sih saya sudah melakukan semua yang terbaik... ( sekali lagi menurut saya lho..)
Tapi bagaimana menurut dia? Jangan-jangan malah sebaliknya...  :)

Sore sehabis makan, iseng-iseng saya tanya hal itu kepadanya apa selama tiga tahun kamu bahagia nggak sama saya? Dan jawabannya aku bahagia kok mas... ( moga aja dia ngga bohong...hehehe...tapi lega juga mendengar jawabannya)
Sayangnya dia tidak mengajukan pertanyaan yang sama kepada saya :( ...  barangkali dia ngga pede atau takut jawaban saya bakal bikin dia syok ... hehehe

Itulah realitas kehidupan pernikahan, ada kewajiban bagi kita untuk membahagiakan pasangan, untuk mengasihinya baik suka maupun duka, baik saat sehat maupun saat ia terkapar dan merepotkan karena sakit, baik saat kaya maupun saat ia mengecewakan karena jatuh miskin, baik ketika ia menyenangkan hati kita atau pun pada saat ia sangat menyebalkan, intinya adalah mengasihi dia apa adanya. (saya menulis dengan kata mengasihi bukan mencintai, atau barangkali lebih tepat seharusnya saya menulis dengan kata-kata mengasihi atau mencintai dengan kasih Kristus)
Sebab kalau kita mengasihi pasangan hanya bermodal dengan cinta pandangan pertama yang menggetarkan kalbu (walah-walah..), kita bakalan kecewa pada pandangan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya karena pada pandangan kedua ketiga dan seterusnya kita baru akan melihat sifat asli doi dan sudah pasti pernikahan yang didasari cinta pandangan pertama tidak mampu bertahan. Karena tidak ada satu pun manusia yang ideal sempurna, baik sebagai teman, saudara, orangtua, pemimpin gereja, apalagi sebagai pasangan hidup.

Tetapi persoalan yang ingin saya share bukan masalah pernikahan dua manusia, (yang berbeda jenis kelamin tentu saja), karena pernikahan manusia, yang walaupun kompleks, hanya gambaran dari pernikahan yang sesungguhnya, pernikahan yang benilai kekal, yaitu pernikahan kita dengan Kristus. (Eph 5 : 25 - 33)

Kristus sebagai suami telah membuktikan kepada saya dengan mengasihi saya apa adanya, baik ketika saya masih dalam keadaan berdosa maupun sekarang setelah saya diampuni dosanya oleh Dia, baik ketika saya bersikap menyenangkan hatiNya maupun ketika saya bersikap menyebalkan hatiNya. Dia tetap ada untuk saya, kasihNya tidak menjadi luntur atau pudar hanya karena saya jatuh dalam dosa, bahkan ketika saya berpaling dari Dia dan lari kepada ilah lain, Dia pun tetap ada untuk mencintai saya. Dia senantiasa berseru supaya saya kembali kepadaNya.
Ah, bahagianya saya dicintai sedemikian rupa.... Sungguh saya merasa mudah untuk balik mencintaiNya.

Tetapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan untuk mencintai balik. Bagaimana jika Kristus yang mengecewakan saya? Apakah saya masih mampu mencintaiNya. Persoalan rumah tangga, jodoh, ekonomi, pelayanan sepertinya tidak pernah berhenti menerpa kehidupan saya. Walaupun sudah berdoa dengan nangis-nangis sekalipun, puasa, dlsb tetapi keadaan tetap tidak berubah malah seakan-akan semakin berat saja. Walaupun sudah melakukan (setiap) firmanNya, setia melakukan persembahan tetapi tetap saja tidak ada jalan keluar.
Dalam hal ini jelas Dia sekarang menjadi pribadi yang menyebalkan bagi saya, karena nyata-nyata Dia tidak mau memakai kuasaNya untuk menghardik persoalan dalam hidup saya yang katanya dicintaiNya dan menggantinya dengan damai sejahtera, kesehatan, berkat melimpah-melimpah dan umur panjang ( pokoknya paket komplit dari sorga deh...hehehe).

Dalam keadaan yang tertekan saya teringat akan The Wedding Vow  dalam Ulangan 6:5 "Kasihilah TUHAN Allah mu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu",  ketika saya membuat komitmen untuk mengikuti Dia, janji untuk mengasihiNya baik saat sehat maupun sakit, saat kaya maupun miskin, saat menyenangkan atau menyebalkan.

Sekarang saya sadar bahwa pada saat kesukaran dan persoalan melanda, inilah momen yang tepat untuk membuktikan kepadaNya bahwa saya mengasihiNya lebih dari segala persoalan rumah tangga, jodoh, persoalan pelayanan, segala materi kebutuhan hidup dan penyakit yang sepertinya tidak kunjung sembuh.
Inilah saat yang tepat untuk tetap mencintaiNya baik saat Dia baik pada saya maupun pada saat di mana sepertinya Dia tidak perduli dengan saya.
Karena itulah hakekat hubungan saya dengan Dia, bukan berdasarkan ritual agamawi, atau berdasarkan segala perhitungan keuntungan-keuntungan yang saya peroleh dari Dia semata namun atas dasar saling mengasihi dengan segala kelebihan dan 'kekurangan' Nya. 
Tuhan, aku ingin belajar mengasihi Engkau apa adaNya diri-Mu seperti halnya Engkau mengasihi aku apa adanya diriku...




sumber gambar: taraummomar.wordpress.com