Rut

Posted by Unknown 16.48, under ,, | No comments



Latar belakang Rut
Rut adalah seorang perempuan Moab yang diperistri oleh Mahlon, seorang dari suku Yehuda yang merantau ke daerah Moab. Berapa usia pernikahan pasangan ini tidak dijelaskan oleh penulis kitab ini. Namun yang jelas usia pernikahan mereka tidak lebih dari sepuluh tahun. Namun waktu yang tidak begitu lama itu cukup untuk membuat Rut mengenal dan percaya kepada Yahweh, Allah Israel. Pada saat itu bangsa Moab menyembah dewa Kemos yang disembah orang Moab melalui ritual liar dengan mengorbankan manusia.[1]
Nama Rut bukan nama Ibrani sehingga arti nama itu tidak dapat dipastikan. Tetapi dari susunan huruf yang membentuknya, Rut dapat berarti sahabat perempuan.[2]
Entah apa yang menjadi penyebabnya, keluarga ini kehilangan suami-suami mereka. Lalu mengapa Rut bersedia mengikuti Naomi pergi ke tempat yang belum pernah ia kenal sebelumnya? Mengapa ia mempertaruhkan masa depannya di tanah kelahirannya dan malah pergi mengikuti Naomi?

Keputusan Iman
Ketika Naomi berniat untuk kembali ke Betlehem di tanah Yehuda, Rut bersikeras untuk mengikuti kemana Naomi pergi. Sesungguhnya keputusan Rut ini cukup berani mengingat begitu besar hal yang dipertaruhkan Rut jika ia mengikuti Naomi.
Pertama, Rut harus meninggalkan semua yang dahulu dikasihinya, yaitu ibu dan keluarganya, bangsanya dan Kemos - tuhan sesembahan bangsanya.
Kedua, keputusannya untuk mengikuti Naomi adalah keputusan yang tidak masuk akal. Naomi adalah janda yang sudah jatuh miskin. Secara nalar tidak ada harapan masa depan apapun jika Rut mengikuti janda miskin seperti Naomi.
Ketiga, dengan meninggalkan ibu dan keluarganya, Rut kehilangan jaminan kepastian untuk memperoleh suami lagi. Bersama Naomi, Rut tidak melihat kemungkinan untuk bersuami lagi mengingat Naomi sudah tua dan tidak memiliki anak lelaki lagi. Tetapi dengan tetap tinggal di Moab di tengah-tengah keluarganya sebenarnya Rut ada harapan besar untuk memiliki suami lagi, meskipun suami yang akan diperolehnya nanti tentu saja adalah seorang pria bangsa Moab penyembah Kemos. Agaknya Rut tidak ingin menikah dengan seorang penyembah Kemos.
Keempat, perjalanan dari Moab ke Betlehem bukan suatu perjalanan yang mudah bagi dua orang perempuan. Pada masa itu (masa Hakim-hakim) sedang terjadi kemorosotan moral manusia, sangat mudah seseorang berbuat jahat terhadap mereka di tengah jalan. Apalagi perjalanan tersebut menempuh jarak lebih dari 80 km.
Kelima, Betlehem adalah daerah yang sebelumnya tidak dikenal Rut. Diperlukan iman yang cukup besar untuk pergi dengan ketetapan hati ke daerah yang tidak diketahuinya sebelumnya (Rut 2: 11). Iman semacam ini mengingatkan penulis kepada iman Abraham ketika ia dipanggil TUHAN ke tanah yang akan ditunjukan TUHAN.

Setia kepada Keputusan Iman walaupun ujian iman datang bertubi-tubi
Kehilangan suami adalah ujian pertama Rut bagi keputusannya untuk menyembah Yahweh, Allah Israel. Kemudian perjalanan Rut dan Naomi dari Moab ke Betlehem yang sangat jauh dan beresiko tinggi menjadi ujian kedua bagi kesetian Rut terhadap keputusan imannya itu. Seandainya iman Rut tidak kuat tentu ia sudah memilih kembali ke rumah ibunya seperti Orpa. Namun Rut tetap bertahan pada imannya sampai akhirnya mereka berdua tiba dengan selamat di Betlehem.
Sesampainya mereka di Betlehem, sambutan yang mereka terima bukan sambutan hangat penuh sukacita dari penduduk Betlehem, namun sambutan keprihatinan dari penduduk Betlehem. Bukan kata-kata membangun atau sukacita yang mewarnai sambutan kepulangan mereka, tetapi kata-kata “Mara”, “yang pahit”, “tangan yang kosong”, “TUHAN menentang aku”, dan “malapetaka” yang mewarnai kepulangan mereka. (Rut 1:20-21). Semua ini menjadi pukulan ketiga bagi keputusan iman Rut.
Setelah itu Rut harus menghadapi kenyataan bahwa untuk sekedar menyambung hidup mereka, ia harus bekerja mengais sisa-sisa panen yang tertinggal. Pekerjaan itu lebih rendah dari pekerjaan hamba[3]. Tetapi Rut melakukannya dengan rajin dan tanpa keluhan walaupun sampai sejauh ini keputusan iman Rut tidak membawa Rut kepada keadaan yang lebih baik.

Upah Iman
Kesetiaan Rut terhadap imannya menghasilkan upah besar. Upah ini meliputi upah jasmani dan upah rohani.
Semenjak bertemu dengan Boas, Rut menerima kemurahan dan perlindungan dari Boas. Sehingga Rut tidak diganggu oleh pekerja laki-laki. Rut juga mampu menghidupi Naomi dari kemurahan Boas terhadapnya.
Namun upah yang paling membahagiakan Rut tentu saja adalah kesanggupan Boas untuk menebus ia dan Naomi. Semenjak itu Rut dan Naomi tidak perlu lagi mengais sisa-sisa panen di ladang Boas. Ia sekarang adalah Nyonya tanah, bukan hamba lagi.
Secara rohani, Rut juga memperoleh upahnya. Nama Rut, disebut-disebut di dalam Alkitab sebagai salah satu pahlawan iman. Ia juga memperoleh anugerah rohani menjadi nenek moyang Raja Israel, yaitu Raja Daud. Dari Raja Daud ini kemudian janji Mesianik diteruskan. Di dalam Matius 9:27 Yesus disebut juga Anak Daud.

Aplikasi
Rut memberi pelajaran iman kepada penulis bagaimana memiliki iman kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Ada harga yang harus dipertaruhkan berkaitan dengan iman kepada Tuhan.
Penulis juga belajar untuk tetap setia dan sabar meskipun keputusan iman tidak segera mendatangkan hal-hal baik dalam hidup penulis. Bahkan keputusan iman itu seakan-akan justru mendatangkan kesusahan bertubi-tubi dan cukup lama seperti yang terjadi terhadap Rut.
Tetapi penulis juga diteguhkan oleh kitab Rut ini, bahwa Tuhan adalah Allah yang memperhatikan (1:6), mengaruniakan dan memberi perlindungan (1:9), menyertai (2:4), memberi upah (2:12), memberkati (3:10) dan rela menolong (4:14).
Penulis diteguhkan oleh kitab Rut bahwa kesetiaan terhadap Allah tidak akan sia-sia. Allah telah menyediakan upah besar bagi orang yang setia kepadaNya, baik upah jasmani maupun rohani. Amin












KEPUSTAKAAN

Albright, William F. Yahweh and the Gods of Canaan. Garden City: Doubleday, 1969
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1991
Lewis, Arthur H. Judges/Ruth. Chicago: Moody Press, 1979
Saparman. Kupasan Firman Allah: Kitab Rut. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003
Sumber gambar: http://www.www.bible-people.info 



[1] William F. Albright, Yahweh and the Gods of Canaan, (Garden City: Doubleday, 1969), 239-240
[2] Arthur H. Lewis, Judges/Ruth, (Chicago: Moody Press, 1979), 110-111
[3] Saparman, Kupasan Firman Allah: Kitab Rut, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003), 60