Setelah kemarin kita membaca Kejadian pasal 1-3 tentang Asal Dosa Manusia, Restorasi dan Keselamatan manusia, narasi teks Alkitab Kejadian 4 ini dimulai dengan kelahiran
Kain, anak Adam yang pertama. Hawa yang agaknya masih berduka akan kesalahan
mereka yang mengakibatkan mereka dihalau dari Taman Eden, menyangka bahwa Kain
inilah keturunannya yang dimaksud TUHAN yang akan meremukan Ular dan
keturunannya. Hal ini nampak dari seruan imannya sesaat setelah melahirkan
Kain: “Aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”
Kejadian 4:1-16 : Dosa Manusia Jilid II - Persembahan Kain
Dia menyangka persoalan dosa akan segera selesai sampai di
sini. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Hawa tidak mengerti bahwa Kain mewarisi tubuh jasmaninya
yang sudah semakin merosot kualitasnya terhadap kuasa dosa dibanding awal
pertama TUHAN menciptakan mereka dulu. Pertanyaannya; lalu mengapa Habel bisa
lebih mengasihi TUHAN dari pada Kain? Bukankah Habel juga sama memiliki tubuh
jasmani yang telah semakin lemah terhadap kuasa dosa?
Jawabannya adalah bahwa di sini kita sudah mulai diajar
prinsip Anugerah. Seperti halnya TUHAN telah memilih Yakub dari pada Esau sejak
dalam kandungan, yaitu sebelum keduanya melakukan satu perbuatan apapun, baik
perbuatan buruk ataupun perbuatan baik. Supaya kita belajar mengerti bahwa
kemampuan kita untuk tidak berbuat dosa adalah berasal dari anugerah TUHAN (1 Yoh.3:9).
Ok, setelah tadi kita berbelok sedikit ke topik Anugerah, sekarang
kita lanjutkan membaca narasi Kejadian 4 berikutnya.
Alkitab mencatat, karena Kain seorang petani maka ia
mempersembahkan sebagian hasil tanah itu kepada TUHAN. Tidak ada keterangan
lebih detail mengenai persembahan Kain, baik kualitas maupun kuantitasnya. Barangkali
tidak buruk tapi jelas tidak istemewa, biasa-biasa saja.
Sedangkan Habel sebagai seorang peternak, ia mempersembahkan
juga persembahan kepada TUHAN. Bedanya Alkitab memberi keterangan lebih detail
terhadap persembahan Habel, yaitu”... persembahan anak sulung kambing dombanya,
yakni lemak-lemaknya”. Dengan demikian gambaran kuantitas dan kualitas
persembahan Habel nampak dari keterangan tersebut. Secara kuantitas, Habel
mempersembahkan kambing domba yang tergolong anak sulung. Jadi seandainya Habel
memiliki 20 ekor kambing domba dengan asumsi 5 jantan 15 betina, maka secara
kuantitas Habel akan mempersembahkan 15 ekor anak sulung dari setiap betina
yang melahirkan tersebut sekaligus atau periodik.
Namun Habel juga masih memiliki syarat kualitas bagi
persembahannya yaitu harus pertama
dilahirkan (sulung) kambing domba dan yang
gemuk. Jadi jika ia memiliki anak domba yang gemuk tapi bukan sulung jelas
tidak masuk kriteria, apalagi jika anak kambing yang kurus dan lahir terakhir. Dengan
demikian kita belajar bahwa persembahan Habel bukan persembahan yang
biasa-biasa saja, namun persembahan yang timbul dari hati yang megasihi TUHAN.
Narasi berikutnya menceritakan bagaimana TUHAN respek terhadap Habel dan respek terhadap persembahannya. Namun TUHAN tidak respek terhadap Kain dan
persembahannya.
Reaksi spontan Kain melihat hal itu adalah ia menjadi marah
(hatinya sangat panas – Kej.4:5), dalam terjemahan King James, Kain menjadi
murka.
Sebetulnya saya tidak terlalu kaget atau heran apalagi
mencibir dengan reaksi Kain tersebut. Soalnya saya juga sering mengalaminya..
hehe...
Sangat sering ketika orang lain tidak respek dengan saya
atau hasil kerja saya, reaksi spontan saya adalah ‘murka’ terhadap orang itu, bukannya
berbuat baik dengan cara merenung dan berbenah diri. Karena lebih gampang bagi
diri saya untuk murka dari pada berbuat baik. Soalnya saya dengan Kain
sama-sama mewarisi tubuh jasmani yang lemah terhadap kuasa dosa, bedanya saya
memiliki pengharapan dalam Kristus yang di dalam daging telah menang terhadap
kuasa dosa.
Melihat hal tersebut TUHAN mengingatkan Kain mengenai
kecenderungan hatinya yang lebih suka untuk tidak berbuat baik dari pada
berbuat baik sekaligus TUHAN mengingatkan Kain akan kewajiban Kain untuk mengalahkan
kuasa dosa.
Harapan TUHAN supaya Kain bertobat
ternyata tidak mendapat reaksi positif dari Kain, malah sebaliknya Kain semakin
mengeraskan hatinya untuk memuaskan tuntutan hatinya yang marah kepada Habel
sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan manusia untuk pertama kalinya.
Darah sudah ditumpahkan, Kain hutang
darah kepada TUHAN.
Kalau dahulu pada pasal 3 saat Adam
dan Hawa jatuh dalam dosa TUHAN hanya mengutuk Ular dan tanah atas pelanggaran Adam dan
Hawa, maka sekarang Kain –lah yang dikutuk TUHAN, jauh terbuang dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adiknya (Kej. 4:11). (lihat juga,
ayat 10 : .. darah adikmu berteriak-teriak dari
tanah). Penulis Kitab Kejadian
mempersonafikasikan tanah dengan tujuan seakan-akan tanah memiliki andil dalam
kejahatan ini.
Tanah yang sudah dikutuk dan
diusahakan oleh seorang yang telah dikutuk tidak akan menghasilkan hasil yang
bagus lagi. Sebagai seorang petani Kain kehilangan segalanya, yaitu penghidupannya
yang dicintainya lebih daripada TUHAN. Ditambah lagi Kain tidak diterima dan
dibenci komunitas yang ada pada saat itu, yaitu populasi keluarga besar Adam.
TUHAN tidak ingin Kain mati karena
dibunuh oleh Adam atau keluarga besarnya yang lain dalam keadaan berdosa. TUHAN
masih memberi kesempatan kepada Kain untuk bertobat, oleh karena itu TUHAN
menaruh tanda supaya jangan dibunuh. TUHAN masih mengasihi Kain dan TUHAN ingin
dosa pembunuhan ini yang pertama dan terakhir. Itulah sebabnya TUHAN memberikan
ancaman sanksi balasan tujuh kali lipat kepada orang lain yang hendak melakukan
dosa pembunuhan lagi. No more killing, no more violence!
Kita sama-sama melihat betapa TUHAN
mengasihi manusia dan membenci dosa. Kita melihat tubuh jasmani kita lemah
terhadap kuasa dosa oleh sebab itu bersandar kepada TUHAN dan mengasihi TUHAN lebih dari hidup ini adalah satu-satunya
cara untuk memperoleh kekuatan untuk lepas dari kuasa dosa.
0 komentar:
Posting Komentar
Pesan Admin:
Boleh berkomentar apa aja yang penting No Spam, No Junk ...
' Freedom of Speech for the glory of LORD'