Sebulan belakangan ini saya berkesempatan untuk belajar Kitab Mormon dan belajar bahasa Inggris gratis dari dua orang elder (sebutan untuk misionaris dari Gereja Yesus Kristus; Orang-orang Suci Jaman Akhir).
Ketika saya belajar Kitab Mormon, dua elder pengajar saya mendorong saya untuk berdoa kepada Bapa untuk mencari jawaban mengenai kebenaran Kitab ini. Saya memang berdoa untuk sebuah jawaban dan inilah jawaban doa saya. Saya harap elder berdua bersedia membaca dan merenungkan sungguh-sungguh walaupun semua yang saya tulis sebenarnya sudah saya sampaikan secara langsung kepada elder berdua.
Saya menulis sedikit apa yang sudah diajarkan kepada saya mengenai Kitab Mormon dan mencoba memadankannya dengan ajaran Alkitab supaya kita bisa merenungkan bersama.
Saat saya untuk pertamakali dan membaca Kitab Mormon, maka hal pertama yang mucul di dalam pikiran saya bukan masalah doktrin tetapi adalah masalah sejarah: “Mengapa dalam pelajaran di sekolah mengenai sejarah dunia tidak pernah ada materi sejarah bangsa Laman, Yared dan Nefi di benua Amerika?”
Menurut Kitab Mormon, bangsa Laman, Yared dan Nefi yang adalah bangsa yang besar dengan kota-kota yang besar di benua Amerika, jadi sangat sulit dipahami bahwa sampai sekarang sedikitpun tidak ditemukan peninggalan fisik dari mereka.
Demikian juga Bahasa Ibrani yang dipakai oleh bangsa-bangsa ini juga tidak diwariskan kepada bangsa Indian, di mana kemudian mereka tinggal bersama. Sepertinya tidak pernah terjadi interaksi budaya Ibrani dengan budaya bangsa Indian.
Kemudian saya diberi tugas untuk membaca bagian-bagian lain dari kitab Mormon ditambah khotbah Penatua Ted R. Callister. Disamping itu masih ada lagi kitab-kitab lain dalam kitab Mormon salah satunya adalah kitab Ajaran dan Perjanjian (untuk selanjutnya saya sebut A&P).
Ada banyak ajaran gereja ini yang sudah cukup saya kenal sebelumnya, misalnya mengenai baptis selam, penyerahan anak, gereja yang memiliki standard moral tinggi, dan gereja yang berpusat pada keluarga. Oleh karena Alkitab juga mendukung ajaran ini, maka layaklah ajaran-ajaran tersebut diklaim sebagai fondasi Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir.
Selain ajaran-ajaran tersebut di atas, ada juga ajaran-ajaran yang sama sekali belum pernah saya dengar sebelumnya. Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir menyatakan bahwa gereja ini memiliki struktur organisasi gereja dan ajaran yang paling tepat sesuai dengan kehendak Yesus Kristus (A&P 1:30). Sebagai
blueprint (dasar Alkitabiah struktur organisasi dan ajaran gereja) dari Gereja ini, penatua Callister menggunakan Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 2:20:
“dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus sebagai batu penjuru” (ITB Version)
“Having been built on the foundation of the apostles and prophets, Jesus Christ Himself being the chief cornerstone” (NKJ Version)
Saya menyertakan terjemahan New King James Version karena Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir hanya mengakui Alkitab Versi Raja Yakubus tersebut, itupun dengan koreksi dan penambahan ayat versi Nabi Joseph Smith.
Berdasarkan ayat tersebut di atas, Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir menggunakan kuorum 12 rasul dalam struktur organisasi gerejanya.
Tetapi Alkitab bersaksi bahwa jumlah rasul Kristus pada masa gereja mula-mula bukan 12 orang, karena selain 12 rasul Kristus yang telah dipilih ternyata ada 1 rasul lagi yang dipilih secara langsung juga oleh Yesus Kristus di tengah jalan dari Yerusalem menuju Damsyik setelah penyaliban dan kebangkitan-Nya (Kisah Para Rasul 9, Roma 1:1) dan rasul ini juga telah menulis dasar-dasar iman Kristen lebih banyak dari rasul-rasul lain.
Sekarang kita mendapatkan fakta Alkitab bahwa paling sedikit jumlah rasul ada 13 orang bukan?
Keduabelas rasul sesungguhnya memiliki tugas yang sedikit berbeda dengan rasul ke-13.
Tugas utama keduabelas rasul adalah menginjili dua belas suku Israel (Mat.4:19) dan menghakimi dua belas suku Israel nanti (Mat.19:28).
Sedangkan tugas utama rasul ke-13 adalah menginjili bangsa-bangsa selain Israel, Raja-raja termasuk Israel juga (KPR 9:15)
Yesus Kristus tidak bermaksud membentuk kourum 12 sebagai sebuah struktur organisasi gereja.
Mungkin kita bisa menggangap perbedaan jumlah rasul antara Alkitab dan gereja ini tidak penting, yang terpenting bahwa ajaran para Rasul lah yang menjadi fondasi gereja.
Karena sangat mungkin maksud Efesus 2:20 untuk membangun sebuah gereja yang sesuai dengan
blueprint Alkitab adalah dengan mematuhi setiap ajaran para rasul dan nabi sebagai fondasi gereja Kristus. Baiklah sekarang kita mulai membicarakan ajaran yang lain dari Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir.
Hal yang diajarkan oleh Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir adalah salah satunya adalah pembaptisan bagi orang mati. Artinya ajaran ini mengajarkan orang hidup yang dibaptis bagi orang mati yang dahulu di masa hidupnya oleh karena sesuatu hal belum sempat dibaptis. Ajaran ini diambil dari salah satu Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 15: 29)
“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)
“ Otherwise, what will they do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are they baptized for the dead?” (NKJ Version)
Jika kita baca secara teliti maka kita akan mendapatkan bahwa Surat tersebut dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan sebagian jemaat Korintus akan adanya kebangkitan orang mati. Untuk meyakinkan Jemaat Korintus maka Paulus memberi contoh 2 sikap kebiasaan dari orang-orang yang percaya adanya kebangkitan orang mati. Yaitu kebiasaan orang lain dan kebiasaan Rasul Paulus sendiri.
Kebiasan orang-orang di Korintus saat itu ada yang membaptis orang hidup untuk mewakili orang yang sudah mati agar di hari kebangkitan nanti orang mati tersebut memiliki kesempatan untuk diselamatkan.
Agak aneh memang orang-orang Korintus ini, di satu sisi mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati, di sisi lain mereka membaptis orang hidup mewakili orang mati untuk menyelamatkan orang yang mati tersebut pada hari kebangkitan nanti.
Rasul Paulus sendiri jelas tidak melakukan pembaptisan orang mati. Seandainya Rasul Paulus juga melakukan kebiasaan ini maka semestinya ayat tersebut akan berbunyi sebagai berikut:
“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan kami yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa kami mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)
“ Otherwise, what will we do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are we baptized for the dead?” (NKJ Version)
Tetapi pada kenyataannya bunyi ayat tersebut tidak seperti itu tetapi seperti ini:
“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)
“ Otherwise, what will they do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are they baptized for the dead?” (NKJ Version)
Jadi Rasul Paulus menulis ayat tersebut menggunakan kata ganti subyek
they (mereka) bukan
we (kami). Sehingga Paulus sendiri tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang melakukan kebiasan membaptis orang hidup bagi orang yang sudah mati.
Sekarang kita tahu kebiasaan membaptis orang hidup untuk orang mati adalah kebiasaan sebagian orang-orang Korintus, bukan pengajaran Rasul Paulus.
Sedangkan ayat 30 hingga ayat 32 menjelaskan kebiasan Paulus dan rasul yang lain yang menunjukan bahwa mereka percaya akan adanya kebangkitan orang mati.
“Dan kami juga--mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya?
Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". (ITB Version huruf miring ditambahkan)
“And why do we stand in jeopardy every hour?
I affirm, by the boasting in you which I have in Christ Jesus our Lord, I die daily.
If after the manner of men I have fought with beasts at Ephesus, what advantage is it to me, if the dead do not rise? “Let us eat and drink; for to morrow we die.” (NKJ Version)
Jadi itulah sikap Rasul Paulus untuk menunjukan bahwa Rasul Paulus percaya akan adanya kebangkitan bagi orang mati, ia tidak khawatir terhadap kematian yang mengancamnya setiap hari oleh karena Yesus Kristus.
Jadi jika kita mempraktekan baptisan orang mati maka artinya kita sedang meneladani sebagian orang-orang Korintus membaptis orang hidup bagi orang mati dengan otoritas yang tidak jelas dari siapa. Bagaimana mungkin kita menjadikan ajaran orang yang bukan Rasul dan bukan juga Nabi sebagai fondasi gereja?
Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir juga mengajarkan kekekalan pernikahan di sorga nanti. Penatua Callister, dalam khotbahnya pada kebaktian Church Educational System di Universitas Brigham Young 12 Januari 2014, menggunakan ayat Matius 18:18 sebagai dasar argumentasi tersebut. Namun sayang sekali Penatua Callister tidak terliti dalam membaca Matius 18:18 karena ayat tersebut tidak berbicara mengenai pernikahan. Tetapi ayat tersebut berbicara mengenai cara menolong saudara kita yang jatuh dalam dosa. Yaitu jika kita mengikat saudara kita dengan cara menasehati dan menegur saudara kita yang jatuh dalam dosa saat di bumi ini maka saudara kita tidak terlepas dari Kerajaan Sorga.
Sedangkan Matius 22:30 yang berbicara mengenai pernikahan setelah kematian justru tidak dipergunakan oleh Penatua Callister. Mungkin karena Matius 22:30 bertentangan dengan A&P. 132:19-20.
Yesus mengajarkan bahwa tidak ada pernikahan saat kehidupan kekal nanti. Karena kasih yang dimiliki setiap orang akan disempurnakan seperti kasih Allah (Matius 5:46-48), melampaui kasih seorang laki-laki terhadap seorang perempuan atau seorang suami terhadap isterinya saat ini. Jadi relasi yang kita miliki nanti lebih kuat, lebih murni dan lebih indah dari relasi suami-isteri seperti yang kita kenal sekarang ini.
Setiap jemaat Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir juga diajarkan untuk hidup sehat sebagai buah gereja bagi Tuhan.
Dari sisi kesehatan ajaran ini jelas sangat baik. Tetapi apakah ajaran ini memiliki makna rohani? Maksudnya apakah jika kita tidak memiliki tubuh sehat maka kita tidak mendapat bagian dalam Kerajaan-Nya? Bagaimana dengan ajaran Paulus untuk mempersembahkan tubuh yang hidup, yang kudus sebagai senjata-senjata kebenaran? (Roma 12:1; Roma 6:13). Jelas ajaran Paulus memiliki makna utama yang rohani, artinya jika kita tidak mempersembahkan tubuh yang hidup, yang kudus sebagai senjata-senjata kebenaran maka kita tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Di dalam Matius 15:1-20 Yesus mengkritik ajaran orang Farisi yang mengajarkan pembasuhan tangan sebelum makan. Ajaran ini memang bagus dari sisi kesehatan, namun ajaran ini adalah ajaran manusia yang diajarkan sebagai doktrin oleh orang Farisi dan Ahli Taurat. Yesus Kristus mengkoreksi bahwa ajaran ini tidak memiliki makna rohani apapun (Mat.15:20).
Ada banyak ajaran-ajaran Gereja Yesus Kristus; Orang-orang Suci Jaman Akhir yang masih menjadi ganjalan bagi saya, misal: bahwa Bapa memiliki daging dan tulang, bukan semata roh saja, hal ini bertentangan dengan Yoh.4:24; 2 Kor.3:17, sehingga dari hubungan Allah Bapa dan Maria maka lahirlah Yesus Kristus. Hal ini bertentangan dengan Alkitab bahwa Maria mengandung oleh karena kuasa Roh Kudus. Mereka juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Yahweh pada masa PL. Paling tidak semua itu dianggap kebenaran oleh Gereja Yesus Kristus:Orang-orang Suci Jaman Akhir.
Maka seandainya Alkitab adalah kebenaran Allah (Yoh.17:17) dan seandainya A&P adalah juga kebenaran Allah (A&P.19:26) maka bagaimana mungkin ada dua kebenaran yang bertentangan? Harus ada salah satu yang ‘mengalah’ bukan?
Lalu pertanyaan lain yang timbul adalah: “Apakah konsekuensi bagi orang yang melakukan ajaran manusia seakan-akan melakukan perintah Yesus Kristus namun di saat yang sama justru mengabaikan ajaran Yesus Kristus?” Apakah mereka kehilangan keselamatan mereka?
Matius 15:9 menjelaskan kepada kita hal itu sebagai berikut:
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (ITB Version)
“And in vain they worship Me, teaching as doctrines the commandments of men.” (NKJ Version)
Jika mengajarkan perintah manusia sebagai doktrin maka konsekuensinya adalah ibadah kita sia-sia dihadapan Yesus Kristus. Ibadah kita dianggap tidak pernah ada. Dengan kata lain kita masuk dalam golongan orang-orang yang tidak pernah beribadah kepada Yesus Kristus. Orang-orang yang tidak beribadah kepada Yesus Kristus bagaimana mungkin memperoleh bagian dalam Kerajaan-Nya?
Sumber gambar: tillhecomes.org