Iman dan Perbuatan

Posted by CapungLaut 22.42, under | No comments

Persoalan iman dan perbuatan menjadi diskusi panjang yang berputar-putar.
Satu pihak percaya bahwa di samping iman, perbuatan sangat penting untuk keselamatan. Di pihak lain menolak keselamatan atau pembenaran juga tergantung perbuatan seseorang, bagi mereka iman saja sudah cukup, tidak perlu iman plus.
Atau ada yang bertanya-tanya jika memang iman saja sudah menyelamatkan seseorang, adakah kriteria tertentu atas iman yang menyelamatkan tersebut? Atau asal hanya percaya saja bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya?

Ibrani pasal 11 sangat menarik untuk disimak bersama terutama berkaitan dengan hubungan iman dan perbuatan. Ayat 1 menjadi definisi dasar sebuah iman.

Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Bahasa asli yang dipakai untuk kata ‘bukti’ adalah πραγμάτων (pragmaton) dalam bentuk jamak, yang dapat berarti perbuatan2, kejadian2 atau kenyataan2. Bagi penulis surat Ibrani, maka iman akan menjadikan hal-hal yang tak terlihat (abstrak) menjadi nyata dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang seperti telah ia daftarkan di sepanjang perikop  ini.

Untuk menerangkan hal tersebut, penulis surat Ibrani menggunakan pola:
 Karena iman ... maka seseorang berbuat sesuatu.

(ay. 4) Karena iman ...        Habel         mempersembahkan
(ay. 5) Karena iman ...           Henokh   terangkat
 (ay. 7) Karena iman ...           Nuh        taat mempersiapkan bahtera
dst.

Ibrani 11:2 kemudian menjelaskan bahwa oleh karena kesaksian pragmaton tadi maka bapa-bapa leluhur memperoleh perkenanan, seperti yang tertulis “ ἐν ταύτῃ γὰρ ἐμαρτυρήθησαν οἱ πρεσβύτεροι.” (sebab dalam hal-hal itulah (pragmaton), bapa-bapa leluhur(Habel, Henokh, Nuh, dll) telah memperoleh kesaksian/memperoleh perkenanan).
Dalam pandangan penulis Ibrani, ada hal2 abstrak yang tak terlihat yang dapat diwujudkan atau dijadikan terlihat dalam bentuk tindakan2 yang muncul karena iman.

Rasul Yakubus cukup keras berbicara mengenai kaitan iman dan perbuatan yang ia kaitkan dengan keselamatan.

Yakubus 2:14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
Kemudian ayat 17:
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Dilanjutkan ayat 20:
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

Ayat 14 merupakan kalimat tanya retoris yang jawabannya sudah mutlak sama-sama diketahui oleh penulis dan pembaca saat itu, yaitu ‘tidak mungkin iman tanpa perbuatan dapat menyelamatkan orang’. Oleh karena itu kalimat jawaban itu tidak ditulis oleh rasul Yakubus.
Alasan dari jawaban tersebut kemudian dijelaskan oleh rasul Yakubus bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (νεκρά). Hal ini diulangi untuk yang kedua kali di ayat 17. Dalam pengertian orang Yunani saat itu, mati adalah hilangnya eksistensi sesuatu. Dari ada menjadi tidak ada. Oleh karena itu ayat 20 “ ἡ πίστις χωρὶς τῶν ἔργων νεκρά ἐστιν;” kata νεκρά diterjemahkan menjadi ‘kosong’. Kosong adalah tidak ada – doesn’t exist at all-
Dalam salinan yang lain kata νεκρά tidak ada tetapi diganti kata ἀργή yang dapat berarti ‘tidak berguna sama sekali’.
Memang sesuatu hal yang tidak berguna sama dengan hal yang tidak ada. Jadi apa pun kata yang dipakai dalam  teks asli, entah kah νεκρά atau ἀργή, prinsip kebenaran yang ditekankan tetap sama bahwa iman tanpa perbuatan adalah pada hakekatnya ia tidak memiliki iman sama sekali sehingga iman tanpa perbuatan tidak berguna sama sekali bagi keselamatan seseorang.

Rasul Yohanes mengaitkan iman dan perbuatan dengan hukum kasih. Bagi dia mengasihi Allah adalah hal yang abstrak seperti iman, maka hal abstrak itu membutuhkan perwujudan atau bentuk, yaitu mengasihi sesama.

1Yoh. 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Apa yang dia ungkap adalah perwujudan hukum Kasih yang diajarkan Yesus dalam  Matius 22:37-39
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Hukum mengasihi Allah adalah abstrak, oleh karena itu hukum kedua menjadi perwujudan atas hukum pertama yang abstrak tadi.

Kedua hal di atas, baik iman dan perbuatan maupun  kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia menjadi sebuah bentuk paralel, bahwa mengasihi Allah adalah iman dan mengasihi manusia adalah perbuatan2 iman. Kedua hal itu adalah satu mata uang dengan dua sisi, kedua sisi harus ada agar mata uang itu menjadi berharga. Jika mata uang itu hanya memiliki satu sisi saja, entahkah iman saja atau perbuatan saja, maka mata uang itu tidak ada gunanya sama sekali.









0 komentar:

Posting Komentar

Pesan Admin:
Boleh berkomentar apa aja yang penting No Spam, No Junk ...
' Freedom of Speech for the glory of LORD'