Pertama-tama saya berharap kita bersama menggarisbawahi bahwa artikel ini ditulis dalam rangka untuk tidak berusaha
menjawab Asal Dosa Secara Umum, namun sebatas Asal Dosa Manusia. Saya setuju
pernyataan Teolog Harun Hadiwijono yang mengatakan: “Asal dan Sumber Dosa merupakan
misteri Allah yang tidak mungkin manusia mampu menyingkapkan secara jelas.”
Namun artikel lebih untuk mencoba menjawab
pertanyaan kaum atheis yang mengajukan pertanyaan benarkah Freewill yang
menjadikan manusia/malaikat jatuh dalam dosa? Kalau benar freewill yang membuat
manusia/malaikat jatuh dalam dosa, maka pada masa kekekalan di Sorga nanti di mana manusia masih memiliki freewill, besar kemungkinan manusia/malaikat bisa jatuh ke dalam dosa lagi. Artinya
adalah bakalan ada lagi kejatuhan manusia/malaikat yang kedua kalinya, apakah dengan demikian
Allah harus sekali lagi disalib untuk menebus ciptaanNya yang jatuh dalam dosa
(lagi)?
Kedua, artikel ini
diharapkan bisa menjawab persoalan mengenai perbuatan dosa adalah pilihan,
di mana manusia memiliki kemampuan memilih untuk tidak berbuat dosa, seperti yang
diyakini banyak saudara saya.
Akan tetapi pada kenyataannya
sering kita, atau tepatnya saya, melakukan dosa tanpa sempat memilih atau berpikir, perbuatan dosa
sering muncul sebagai sebuah reaksi spontan yang sulit kita, atau tepatnya saya, bendung. Namun saya
percaya bahwa pertobatan adalah pilihan. Sedangkan kemampuan untuk tidak
berbuat dosa berasal dari Allah (1Yoh3:9, Roma 8:13). Topik ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan persoalan freewill diatas.
Ketiga, dengan perspektif
baru dari Kitab Kejadian pasal 1 ini kita akan bisa menjawab persoalan dalam Yohanes 3:3-5 mengenai pemahaman
lahir dari atas, lahir dari air dan Roh, karena ada sebagian dari saudara kita
yang beranggapan bahwa lahir dari air adalah lahir melalui rahim wanita. Pendapat
ini agak aneh mengingat bukankah itu yang ada dalam pikiran Nikodemus? Jelas
Yesus mengkritik pemikiran itu, mengapa kita malah mengulangi lagi kesalahan
pemikiran tersebut?
Penciptaan Sorga dan Bumi: Dua lokasi utama yang dikontraskan
Kej. 1:1 LAI - Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi.
Kata (~yIm:ßV'h;) shamayim pada ayat ini tidak
menunjuk langit karena langit sebagai salah satu bagian alam semesta baru
dijadikan pada ayat 8. Jadi ayat pertama ini berusaha mengkontraskan antara
Sorga dan Bumi, yaitu suatu usaha untuk menjelaskan sebuah penciptaan 2 obyek /
lokasi utama di jagat ciptaan Tuhan, yaitu Sorga dan Bumi.
Sifat Bumi yang sangat kontras dengan Sorga
Kej. 1:2 LAI - Bumi belum berbentuk dan kosong;
gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air.
Kemudian dijelaskan
kondisi Bumi diselimuti kegelapan dan adanya suatu jurang yang sangat dalam (the deep) dimana Kegelapan berada di atasnya
(and darknes was upon the face of the
deep, KJV). Hanya saya lebih percaya bahwa kata ‘the deep’- KJV, atau ‘samudera’ -LAI, atau ’Abyss’ -LXX ini bukan istilah geografis karena sampai saat ini pun
kita kesulitan untuk melokalisir di belahan Bumi sebelah mana tepatnya
keberadaan jurang yang sangat dalam ini. Pemahaman yang lebih tepat dari kata abyss ini jika dimaksudkan oleh penulis
kitab Kejadian sebagai suatu istilah telogis adalah, bahwa jurang ini merupakan
lokasi where The Darknes rules (KJV - and
darknes was upon the face of the deep. band. Wah.9:1).
Ada hal yang cukup menarik
berkaitan dengan kondisi bumi saat itu, untuk direnungkan, bahwa LXX
menterjemahkan tohu wa bohu sebagai 'unseen' atau 'invisible' dan 'unformed' (avo,ratoj kai.
avkataskeu,astoj), artinya kondisi bumi pada saat itu tidak bisa diindera oleh
indera manusia, dalam hal ini mata, hal ini semakin memperkuat dugaan kita
bahwa ayat 2 yang menerangkan adanya abyss
dan kegelapan tidak semata-mata dalam arti harafiah namun juga memiliki sebuah
makna teologis.
Temuan yang cukup menarik
muncul dari Kitab Yeremia 4:23 di mana Allah dalam Firman-Nya kepada nabi
Yeremia memakai sekali lagi kalimat yang sama dipakai pada Kejadian 1:2 tetapi
dalam konteks yang berbeda. Konteks yang dipakai untuk menjelaskan tohu wa bohu atau diterjemahkan oleh LAI
'bumi campur-baur dan kosong... dan tidak adanya terang di Sorga-LAI, (band. Kejadian 1:2-3)' adalah
pemberontakan, perzinahan rohani, ketidaktaatan, tidak ada pengertian dan
pengenalan akan Allah dari umat-Nya.
Berangkat dari perspektif
ini, maka kita sekarang memahami Kejadian 1:2-3 yang mencoba menerangkan kepada
kita kondisi Bumi yang dipenuhi adanya pemberontakan, perzinahan rohani,
ketidaktaatan, tidak ada pengertian, tidak ada pengenalan akan Allah di Bumi.
Lalu siapa pelaku dari semua kejahatan di atas? Besar kemungkinan adalah
malaikat-malaikat-Nya yang tidak taat dan dibuang ke Bumi (Wah.12:4, 12:9,
2Pet.2:4, Yud.1:6, Yes.4:12, Luk.10:18 )
Restorasi Bumi
Kej.1:3-4 LAI- Berfirmanlah Allah: "Jadilah
terang." Lalu terang itu jadi.
Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu
dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
Maka, berkebalikan dengan
itu, penciptaan Terang di Kejadian 1:3 dapat dimaknai sebagai karunia Allah
kepada Bumi agar Bumi memiliki ketaatan, kekudusan, pengertian dan pengenalan
akan Allah yang membawa kepada hormat dan Takut akan Allah. (band.Yoh.1:5 dan 9, Yes.11:9)
Terang di sini bukan matahari atau bulan atau benda penerang lain seperti yang diyakini saudara kita dari Saksi Yehuwa, karena matahari dan benda-benda penerang di langit belum diciptakan. Mereka baru diciptakan di ayat 14.
Allah menjadikan Terang
sebagai awal atau dasar dari seluruh proses restorasi Bumi. Pada hari yang
keenam proses restorasi Bumi sampai pada Manusia sebagai gambar dan rupa Allah
yang diberi tanggung jawab untuk berkuasa atas Bumi menggantikan penguasa
sebelumnya. Namun agaknya proses restorasi ini tidak bisa dilaksanakan manusia
karena pada hakekatnya mereka diambil dari Bumi (band.Kej.3:19, 1 Kor.15:47), yang sejak
semula telah korup oleh 'kegelapan'. Penganalogian bahan dasar yang telah korup membuat produk turunannya cenderung korup diperkuat dengan kisah kelahiran Yesus melalui Maria. Maria yang telah korup oleh dosa membuat Yesus, anak yang dilahirkannya juga memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa, terbukti Iblis dengan penuh semangat mencobai Yesus sejak di padang gurun hingga di atas kayu salib tentu saja dengan harapan Yesus jatuh dalam dosa, hanya saja manusia Yesus senatiasa bergantung kepada Allah dan Firman-Nya sehingga mampu untuk tidak berbuat dosa seumur hidupNya di Bumi.
Jadi Allah mengetahui bahwa dalam diri manusia
ada unsur-unsur Bumi, yaitu kecenderungan memberontak, ketidaktaatan, tidak ada
pengertian dan pengenalan akan Allah yang tertanam dalam tubuh dan pikiran
mereka.
Bukti keberadaan potensi dosa yang ada dalam diri manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa ada di dalam Kej.3:6,
Manusia membutuhkan Allah
Kej.3:6 LAI- "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian (menjadi seperti Allah)..."
Catatan: kata dalam kurung adalah tambahan dari penulis.
Dalam Kej.3:6 ditulis
hal-hal yang ada dalam pikiran atau dalam hati manusia sebelum mereka jatuh dalam dosa; yaitu hal-hal yang menurut penatua
Yohanes tidak boleh dikasihi karena berasal dari dunia dan membawa kepada
kebinasaan (1Yoh.2:16) yaitu keinginan daging, keinginan mata, serta keangkuhan
hidup. Itulah sebabnya Allah memberi Perintah/Hukum kepada Adam untuk tidak
memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, supaya nyata bahwa
dalam diri manusia ada kecenderungan berbuat dosa, karena menurut Paulus,
Perintah/Hukum pada dasarnya bertujuan untuk menyatakan dosa (Roma 7:3), dan
supaya mereka mengerti bahwa mereka butuh Allah untuk menolong mereka dari
dosa dan kecenderungan dosa yang ada dalam mereka. Oleh karena itu sekarang
kita mengerti mengapa Hukum Taurat dimunculkan sebelum kedatangan Kristus.
Jadi proses penyelamatan manusia oleh Allah bersifat menyeluruh yaitu meliputi kekudusan pikiran ( Roma 12:2), dan kekudusan tubuh (Roma
12:1) yang hanya dapat dikerjakan melalui Yesus Kristus (Ibr.9:14, 1Yoh.1:7, Rom.3:25),. Jadi setelah orang percaya membasuh pikirannya dari pikiran-pikiran yang berdosa dengan Firman maka pada akhirnya
untuk menyempurnakan kemenangan Orang Percaya akan dosa adalah karunia Tubuh
Sorgawi (1Kor.15:40).
Tubuh Sorgawi tidak
memiliki kelemahan terhadap dosa. Menurut Yesus, kehidupan di Sorga nanti, manusia (yang telah memiliki tubuh sorgawi) tidak kawin dan
dikawinkan (Mat.22:30). Dari fakta tersebut muncul kesimpulan bahwa tubuh Sorgawi tidak
tunduk terhadap tuntutan daging, dalam hal ini sexual desire, seperti halnya tubuh
duniawi sekarang ini. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup tidak berkuasa lagi di dalam tubuh Sorgawi kita nanti, artinya tubuh Sorgawi bebas sepenuhnya dari kuasa dosa (Roma 8:23, 7:24). Jadi dapat kita bayangkan sekarang bahwa keadaan orang percaya yang hidup di Sorga nanti adalah orang-orang yang pikirannya telah bersih dari dosa oleh karena Firman dan mereka memiliki tubuh kudus yang tidak lagi memiliki keinginan daging, dengan demikian
potensi untuk berbuat dosa di Sorga pada masa kekekalan sudah tidak ada lagi, meski pun kita masih memiliki
freewill.
Keselamatan dan Penyelesaian dosa dalam Injil Yohanes pasal 3:3-7
Kemudian kalau kita maju
ke kitab Yohanes pasal 3:3-7, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas jika
dilihat dari perspektif Kitab Kejadian 1 ini.
Yesus
menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Kata
Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia
sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan
lagi?"
Jawab
Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan
dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Apa yang
dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah
roh.
Janganlah
engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Yoh.3:3-7 LAI
Berulang kali Alkitab
menerangkan fungsi air sebagai sarana pembasuhan atau penyucian. Sejalan dengan
pemikiran itu, Yesus dan Paulus sepakat bahwa manusia harus dibersihkan dan
disucikan bukan hanya tubuhnya tetapi pertama dan terutama adalah pembersihan
hati atau pikiran melalui Firman Allah dan Roh Kudus (Ibr.10:22, Yoh.13:10,
Fil.2:5), itulah yang dimaksud dengan lahir dari air.
Kemudian setelah pikiran kita diperbarui dengan Firman menjadi sepikiran dengan Kristus, maka proses kelahiran
selanjutnya adalah kelahiran Tubuh Sorgawi yaitu kelahiran yang dikerjakan oleh
Roh Allah sendiri pada saat pengangkatan kelak (Roma 8:23), seperti halnya Kristus sendiri telah lahir dengan tubuh kemuliaan setelah dibangkitkan oleh Roh Allah (Roma 8:11), menjadi yang sulung/yang pertama bagi setiap orang percaya di hadapan Bapa, dengan demikian setelah kedua
proses kelahiran kembali itu terjadi maka sempurnalah seluruh proses keselamatan yang dikerjakan Allah bagi kita supaya kita bisa masuk dalam
Kerajaan Allah.
Kesimpulan
- Pada
waktu diciptakan, tubuh Adam adalah tubuh duniawi, yaitu tubuh yang memiliki
potensi untuk berbuat dosa, terbukti ia memiliki keinginan mata, keinginan
daging, dan keangkuhan hidup, sebelum kejatuhannya. Ia juga memiliki sexual desire sebagai pertanda bahwa
tubuhnya adalah tubuh duniawi karena tubuh Sorgawi tidak memiliki sexual desire, ingat Adam kawin /
memiliki istri sebelum ia jatuh dalam dosa.
- Kejatuhan
manusia bukan masalah pilihan untuk berbuat dosa atau tidak. Kejatuhan manusia
juga bukan semata masalah makanan, tetapi lebih dari itu adalah
masalah keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup yang ada di dalam
manusia sejak manusia diciptakan. Dengan demikian siapa pun dia, tidak harus Adam,
jika masih memiliki keinginan mata, keangkuhan hidup dan keinginan daging, pasti jatuh,
cepat atau lambat. Maksudnya adalah pada saat itu Adam mewakili manusia pada umumnya. Kejatuhan Adam adalah kejatuhan saya dan Anda, namun sekaligus janji keselamatan bagi Adam adalah janji keselamatan bagi saya dan Anda juga.
- Allah
tidak menjebak/mencobai manusia ketika Ia menaruh pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat di tengah-tengah taman Eden dan memerintahkan manusia untuk
tidak memakannya. Kejatuhan manusia tidak dirancang Allah namun tidak juga
di luar kontrol Allah. Tetapi dengan adanya perintah tersebut supaya nyata bagi
manusia bahwa manusia membutuhkan Allah untuk menyelesaikan potensi dosa yang
ada dalam dirinya. Dalam hal ini Allah nyata Ia tidak memiliki rancangan
jahat, justru sejak semula rancangan-Nya adalah rancangan keselamatan bagi manusia.