Latar belakang Rut
Rut adalah seorang
perempuan Moab yang diperistri oleh Mahlon, seorang dari suku Yehuda yang
merantau ke daerah Moab. Berapa usia pernikahan pasangan ini tidak dijelaskan
oleh penulis kitab ini. Namun yang jelas usia pernikahan mereka tidak lebih
dari sepuluh tahun. Namun waktu yang tidak begitu lama itu cukup untuk membuat
Rut mengenal dan percaya kepada Yahweh, Allah Israel. Pada saat itu bangsa Moab
menyembah dewa Kemos yang disembah orang Moab melalui ritual liar dengan
mengorbankan manusia.
Nama Rut bukan
nama Ibrani sehingga arti nama itu tidak dapat dipastikan. Tetapi dari susunan
huruf yang membentuknya, Rut dapat berarti
sahabat
perempuan.
Entah apa yang menjadi
penyebabnya, keluarga ini kehilangan suami-suami mereka. Lalu mengapa Rut
bersedia mengikuti Naomi pergi ke tempat yang belum pernah ia kenal sebelumnya?
Mengapa ia mempertaruhkan masa depannya di tanah kelahirannya dan malah pergi mengikuti
Naomi?
Keputusan Iman
Ketika Naomi berniat
untuk kembali ke Betlehem di tanah Yehuda, Rut bersikeras untuk mengikuti
kemana Naomi pergi. Sesungguhnya keputusan Rut ini cukup berani mengingat
begitu besar hal yang dipertaruhkan Rut jika ia mengikuti Naomi.
Pertama, Rut harus
meninggalkan semua yang dahulu dikasihinya, yaitu ibu dan keluarganya,
bangsanya dan Kemos - tuhan sesembahan bangsanya.
Kedua,
keputusannya untuk mengikuti Naomi adalah keputusan yang tidak masuk akal.
Naomi adalah janda yang sudah jatuh miskin. Secara nalar tidak ada harapan masa
depan apapun jika Rut mengikuti janda miskin seperti Naomi.
Ketiga, dengan
meninggalkan ibu dan keluarganya, Rut kehilangan jaminan kepastian untuk
memperoleh suami lagi. Bersama Naomi, Rut tidak melihat kemungkinan untuk
bersuami lagi mengingat Naomi sudah tua dan tidak memiliki anak lelaki lagi. Tetapi
dengan tetap tinggal di Moab di tengah-tengah keluarganya sebenarnya Rut ada
harapan besar untuk memiliki suami lagi, meskipun suami yang akan diperolehnya nanti
tentu saja adalah seorang pria bangsa Moab penyembah Kemos. Agaknya Rut tidak
ingin menikah dengan seorang penyembah Kemos.
Keempat,
perjalanan dari Moab ke Betlehem bukan suatu perjalanan yang mudah bagi dua
orang perempuan. Pada masa itu (masa Hakim-hakim) sedang terjadi kemorosotan
moral manusia, sangat mudah seseorang berbuat jahat terhadap mereka di tengah
jalan. Apalagi perjalanan tersebut menempuh jarak lebih dari 80 km.
Kelima, Betlehem
adalah daerah yang sebelumnya tidak dikenal Rut. Diperlukan iman yang cukup
besar untuk pergi dengan ketetapan hati ke daerah yang tidak diketahuinya
sebelumnya (Rut 2: 11). Iman semacam ini mengingatkan penulis kepada iman
Abraham ketika ia dipanggil TUHAN ke tanah yang akan ditunjukan TUHAN.
Setia kepada Keputusan Iman walaupun ujian
iman datang bertubi-tubi
Kehilangan suami
adalah ujian pertama Rut bagi keputusannya untuk menyembah Yahweh, Allah
Israel. Kemudian perjalanan Rut dan Naomi dari Moab ke Betlehem yang sangat
jauh dan beresiko tinggi menjadi ujian kedua bagi kesetian Rut terhadap
keputusan imannya itu. Seandainya iman Rut tidak kuat tentu ia sudah memilih
kembali ke rumah ibunya seperti Orpa. Namun Rut tetap bertahan pada imannya
sampai akhirnya mereka berdua tiba dengan selamat di Betlehem.
Sesampainya mereka
di Betlehem, sambutan yang mereka terima bukan sambutan hangat penuh sukacita
dari penduduk Betlehem, namun sambutan keprihatinan dari penduduk Betlehem.
Bukan kata-kata membangun atau sukacita yang mewarnai sambutan kepulangan
mereka, tetapi kata-kata “Mara”, “yang pahit”, “tangan yang kosong”, “TUHAN
menentang aku”, dan “malapetaka” yang mewarnai kepulangan mereka. (Rut
1:20-21). Semua ini menjadi pukulan ketiga bagi keputusan iman Rut.
Setelah itu Rut
harus menghadapi kenyataan bahwa untuk sekedar menyambung hidup mereka, ia
harus bekerja mengais sisa-sisa panen yang tertinggal. Pekerjaan itu lebih
rendah dari pekerjaan hamba
.
Tetapi Rut melakukannya dengan rajin dan tanpa keluhan walaupun sampai sejauh
ini keputusan iman Rut tidak membawa Rut kepada keadaan yang lebih baik.
Upah Iman
Kesetiaan Rut
terhadap imannya menghasilkan upah besar. Upah ini meliputi upah jasmani dan
upah rohani.
Semenjak bertemu
dengan Boas, Rut menerima kemurahan dan perlindungan dari Boas. Sehingga Rut
tidak diganggu oleh pekerja laki-laki. Rut juga mampu menghidupi Naomi dari
kemurahan Boas terhadapnya.
Namun upah yang
paling membahagiakan Rut tentu saja adalah kesanggupan Boas untuk menebus ia
dan Naomi. Semenjak itu Rut dan Naomi tidak perlu lagi mengais sisa-sisa panen
di ladang Boas. Ia sekarang adalah Nyonya tanah, bukan hamba lagi.
Secara rohani, Rut
juga memperoleh upahnya. Nama Rut, disebut-disebut di dalam Alkitab sebagai
salah satu pahlawan iman. Ia juga memperoleh anugerah rohani menjadi nenek moyang
Raja Israel, yaitu Raja Daud. Dari Raja Daud ini kemudian janji Mesianik
diteruskan. Di dalam Matius 9:27 Yesus disebut juga Anak Daud.
Aplikasi
Rut memberi
pelajaran iman kepada penulis bagaimana memiliki iman kepada Tuhan dengan
sepenuh hati. Ada harga yang harus dipertaruhkan berkaitan dengan iman kepada
Tuhan.
Penulis juga
belajar untuk tetap setia dan sabar meskipun keputusan iman tidak segera
mendatangkan hal-hal baik dalam hidup penulis. Bahkan keputusan iman itu
seakan-akan justru mendatangkan kesusahan bertubi-tubi dan cukup lama seperti
yang terjadi terhadap Rut.
Tetapi penulis
juga diteguhkan oleh kitab Rut ini, bahwa Tuhan adalah Allah yang memperhatikan
(1:6), mengaruniakan dan memberi perlindungan (1:9), menyertai (2:4), memberi
upah (2:12), memberkati (3:10) dan rela menolong (4:14).
Penulis diteguhkan
oleh kitab Rut bahwa kesetiaan terhadap Allah tidak akan sia-sia. Allah telah
menyediakan upah besar bagi orang yang setia kepadaNya, baik upah jasmani
maupun rohani. Amin
KEPUSTAKAAN
Albright, William F. Yahweh and the Gods of Canaan. Garden City: Doubleday, 1969
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1991
Lewis, Arthur H. Judges/Ruth. Chicago: Moody Press, 1979
Saparman. Kupasan Firman Allah: Kitab Rut. Bandung: Lembaga Literatur Baptis,
2003
Sumber gambar: http://www.www.bible-people.info