Kejadian 4:1-16 : Dosa Manusia Jilid II - Persembahan Kain

Posted by Unknown 11.16, under , | No comments

Setelah kemarin kita membaca Kejadian pasal 1-3 tentang Asal Dosa Manusia, Restorasi dan Keselamatan manusia, narasi teks Alkitab Kejadian 4 ini dimulai dengan kelahiran Kain, anak Adam yang pertama. Hawa yang agaknya masih berduka akan kesalahan mereka yang mengakibatkan mereka dihalau dari Taman Eden, menyangka bahwa Kain inilah keturunannya yang dimaksud TUHAN yang akan meremukan Ular dan keturunannya. Hal ini nampak dari seruan imannya sesaat setelah melahirkan Kain: “Aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”
Dia menyangka persoalan dosa akan segera selesai sampai di sini. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Hawa tidak mengerti bahwa Kain mewarisi tubuh jasmaninya yang sudah semakin merosot kualitasnya terhadap kuasa dosa dibanding awal pertama TUHAN menciptakan mereka dulu. Pertanyaannya; lalu mengapa Habel bisa lebih mengasihi TUHAN dari pada Kain? Bukankah Habel juga sama memiliki tubuh jasmani yang telah semakin lemah terhadap kuasa dosa?
Jawabannya adalah bahwa di sini kita sudah mulai diajar prinsip Anugerah. Seperti halnya TUHAN telah memilih Yakub dari pada Esau sejak dalam kandungan, yaitu sebelum keduanya melakukan satu perbuatan apapun, baik perbuatan buruk ataupun perbuatan baik. Supaya kita belajar mengerti bahwa kemampuan kita untuk tidak berbuat dosa adalah berasal dari anugerah TUHAN (1 Yoh.3:9).
Ok, setelah tadi kita berbelok sedikit ke topik Anugerah, sekarang kita lanjutkan membaca narasi Kejadian 4 berikutnya.
Alkitab mencatat, karena Kain seorang petani maka ia mempersembahkan sebagian hasil tanah itu kepada TUHAN. Tidak ada keterangan lebih detail mengenai persembahan Kain, baik kualitas maupun kuantitasnya. Barangkali tidak buruk tapi jelas tidak istemewa, biasa-biasa saja.
Sedangkan Habel sebagai seorang peternak, ia mempersembahkan juga persembahan kepada TUHAN. Bedanya Alkitab memberi keterangan lebih detail terhadap persembahan Habel, yaitu”... persembahan anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya”. Dengan demikian gambaran kuantitas dan kualitas persembahan Habel nampak dari keterangan tersebut. Secara kuantitas, Habel mempersembahkan kambing domba yang tergolong anak sulung. Jadi seandainya Habel memiliki 20 ekor kambing domba dengan asumsi 5 jantan 15 betina, maka secara kuantitas Habel akan mempersembahkan 15 ekor anak sulung dari setiap betina yang melahirkan tersebut sekaligus atau periodik.
Namun Habel juga masih memiliki syarat kualitas bagi persembahannya yaitu harus pertama dilahirkan (sulung) kambing domba dan yang gemuk. Jadi jika ia memiliki anak domba yang gemuk tapi bukan sulung jelas tidak masuk kriteria, apalagi jika anak kambing yang kurus dan lahir terakhir. Dengan demikian kita belajar bahwa persembahan Habel bukan persembahan yang biasa-biasa saja, namun persembahan yang timbul dari hati yang megasihi TUHAN.
Narasi berikutnya menceritakan bagaimana TUHAN respek terhadap Habel dan respek terhadap persembahannya. Namun TUHAN tidak respek terhadap Kain dan persembahannya.
Reaksi spontan Kain melihat hal itu adalah ia menjadi marah (hatinya sangat panas – Kej.4:5), dalam terjemahan King James, Kain menjadi murka.
Sebetulnya saya tidak terlalu kaget atau heran apalagi mencibir dengan reaksi Kain tersebut. Soalnya saya juga sering mengalaminya.. hehe...
Sangat sering ketika orang lain tidak respek dengan saya atau hasil kerja saya, reaksi spontan saya adalah ‘murka’ terhadap orang itu, bukannya berbuat baik dengan cara merenung dan berbenah diri. Karena lebih gampang bagi diri saya untuk murka dari pada berbuat baik. Soalnya saya dengan Kain sama-sama mewarisi tubuh jasmani yang lemah terhadap kuasa dosa, bedanya saya memiliki pengharapan dalam Kristus yang di dalam daging telah menang terhadap kuasa dosa.
Melihat hal tersebut TUHAN mengingatkan Kain mengenai kecenderungan hatinya yang lebih suka untuk tidak berbuat baik dari pada berbuat baik sekaligus TUHAN mengingatkan Kain akan kewajiban Kain untuk mengalahkan kuasa dosa.
Harapan TUHAN supaya Kain bertobat ternyata tidak mendapat reaksi positif dari Kain, malah sebaliknya Kain semakin mengeraskan hatinya untuk memuaskan tuntutan hatinya yang marah kepada Habel sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan manusia untuk pertama kalinya.



Darah sudah ditumpahkan, Kain hutang darah kepada TUHAN.
Kalau dahulu pada pasal 3 saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa TUHAN hanya mengutuk Ular dan tanah atas pelanggaran Adam dan Hawa, maka sekarang Kain –lah yang dikutuk TUHAN, jauh terbuang dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adiknya (Kej. 4:11). (lihat juga, ayat 10 : .. darah adikmu berteriak-teriak dari tanah). Penulis Kitab Kejadian mempersonafikasikan tanah dengan tujuan seakan-akan tanah memiliki andil dalam kejahatan ini.
Tanah yang sudah dikutuk dan diusahakan oleh seorang yang telah dikutuk tidak akan menghasilkan hasil yang bagus lagi. Sebagai seorang petani Kain kehilangan segalanya, yaitu penghidupannya yang dicintainya lebih daripada TUHAN. Ditambah lagi Kain tidak diterima dan dibenci komunitas yang ada pada saat itu, yaitu populasi keluarga besar Adam.
TUHAN tidak ingin Kain mati karena dibunuh oleh Adam atau keluarga besarnya yang lain dalam keadaan berdosa. TUHAN masih memberi kesempatan kepada Kain untuk bertobat, oleh karena itu TUHAN menaruh tanda supaya jangan dibunuh. TUHAN masih mengasihi Kain dan TUHAN ingin dosa pembunuhan ini yang pertama dan terakhir. Itulah sebabnya TUHAN memberikan ancaman sanksi balasan tujuh kali lipat kepada orang lain yang hendak melakukan dosa pembunuhan lagi. No more killing, no more violence!
Kita sama-sama melihat betapa TUHAN mengasihi manusia dan membenci dosa. Kita melihat tubuh jasmani kita lemah terhadap kuasa dosa oleh sebab itu bersandar kepada TUHAN dan mengasihi TUHAN lebih dari hidup ini adalah satu-satunya cara untuk memperoleh kekuatan untuk lepas dari kuasa dosa.