Baptisan untuk orang yang sudah mati

Posted by Unknown 00.30, under , | No comments



Sebulan belakangan ini saya berkesempatan untuk belajar Kitab Mormon dan belajar bahasa Inggris gratis dari dua orang elder (sebutan untuk misionaris dari Gereja Yesus Kristus; Orang-orang Suci Jaman Akhir).
Ketika saya belajar Kitab Mormon, dua elder pengajar saya mendorong saya untuk berdoa kepada Bapa untuk mencari jawaban mengenai kebenaran Kitab ini. Saya memang berdoa untuk sebuah jawaban dan inilah jawaban doa saya. Saya harap elder berdua bersedia membaca dan merenungkan sungguh-sungguh walaupun semua yang saya tulis sebenarnya sudah saya sampaikan secara langsung kepada elder berdua.
Saya menulis sedikit apa yang sudah diajarkan kepada saya mengenai Kitab Mormon dan mencoba memadankannya dengan ajaran Alkitab supaya kita bisa merenungkan bersama.

Saat saya untuk pertamakali dan membaca Kitab Mormon, maka hal pertama yang mucul di dalam pikiran saya bukan masalah doktrin tetapi adalah masalah sejarah: “Mengapa dalam pelajaran di sekolah mengenai sejarah dunia tidak pernah ada materi sejarah bangsa Laman, Yared dan Nefi di benua Amerika?”
Menurut Kitab Mormon, bangsa Laman, Yared dan Nefi yang adalah bangsa yang besar dengan kota-kota yang besar di benua Amerika, jadi sangat sulit dipahami bahwa sampai sekarang sedikitpun tidak ditemukan peninggalan fisik dari mereka.
Demikian juga Bahasa Ibrani yang dipakai oleh bangsa-bangsa ini juga tidak diwariskan kepada bangsa Indian, di mana kemudian mereka tinggal bersama. Sepertinya tidak pernah terjadi interaksi budaya Ibrani dengan budaya bangsa Indian.

Kemudian saya diberi tugas untuk membaca bagian-bagian lain dari kitab Mormon ditambah khotbah Penatua Ted R. Callister. Disamping itu masih ada lagi kitab-kitab lain dalam kitab Mormon salah satunya adalah kitab Ajaran dan Perjanjian (untuk selanjutnya saya sebut A&P).

Ada banyak ajaran gereja ini yang sudah cukup saya kenal sebelumnya, misalnya mengenai baptis selam, penyerahan anak, gereja yang memiliki standard moral tinggi, dan gereja yang berpusat pada keluarga. Oleh karena Alkitab juga mendukung ajaran ini, maka layaklah ajaran-ajaran tersebut diklaim sebagai fondasi Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir.

Selain ajaran-ajaran tersebut di atas, ada juga ajaran-ajaran yang sama sekali belum pernah saya dengar sebelumnya. Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir menyatakan bahwa gereja ini memiliki struktur organisasi gereja dan ajaran yang  paling tepat sesuai dengan kehendak Yesus Kristus (A&P 1:30). Sebagai blueprint (dasar Alkitabiah struktur organisasi dan ajaran gereja) dari Gereja ini, penatua Callister menggunakan Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 2:20:

“dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus sebagai batu penjuru” (ITB Version)

“Having been built on the foundation of the apostles and prophets, Jesus Christ Himself being the chief cornerstone” (NKJ Version)

Saya menyertakan terjemahan New King James Version karena Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir hanya mengakui Alkitab Versi Raja Yakubus tersebut, itupun dengan koreksi dan penambahan ayat versi Nabi Joseph Smith.

Berdasarkan ayat tersebut di atas, Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir menggunakan kuorum 12 rasul dalam struktur organisasi gerejanya.

Tetapi Alkitab bersaksi bahwa jumlah rasul Kristus pada masa gereja mula-mula bukan 12 orang, karena selain 12 rasul Kristus yang telah dipilih ternyata ada 1 rasul lagi yang dipilih secara langsung juga oleh Yesus Kristus di tengah jalan dari Yerusalem menuju Damsyik setelah penyaliban dan kebangkitan-Nya (Kisah Para Rasul 9, Roma 1:1) dan rasul ini juga telah menulis dasar-dasar iman Kristen lebih banyak dari rasul-rasul lain.
Sekarang kita mendapatkan fakta Alkitab bahwa paling sedikit jumlah rasul ada 13 orang bukan?
Keduabelas rasul sesungguhnya memiliki tugas yang sedikit berbeda dengan rasul ke-13.
Tugas utama keduabelas rasul adalah menginjili dua belas suku Israel (Mat.4:19) dan menghakimi dua belas suku Israel nanti (Mat.19:28).
Sedangkan tugas utama rasul ke-13 adalah menginjili bangsa-bangsa selain Israel, Raja-raja termasuk Israel juga (KPR 9:15)
Yesus Kristus tidak bermaksud membentuk kourum 12 sebagai sebuah struktur organisasi gereja.

Mungkin kita bisa menggangap perbedaan jumlah rasul antara Alkitab dan gereja ini tidak penting, yang terpenting bahwa ajaran para Rasul lah yang menjadi fondasi gereja.
Karena sangat mungkin maksud Efesus 2:20 untuk membangun sebuah gereja yang sesuai dengan blueprint Alkitab adalah dengan mematuhi setiap ajaran para rasul dan nabi sebagai fondasi gereja Kristus. Baiklah sekarang kita mulai membicarakan ajaran yang lain dari Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir.

Hal yang diajarkan oleh Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir adalah salah satunya adalah pembaptisan bagi orang mati. Artinya ajaran ini mengajarkan orang hidup yang dibaptis bagi orang mati yang dahulu di masa hidupnya oleh karena sesuatu hal belum sempat dibaptis. Ajaran ini diambil dari salah satu Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 15: 29)

“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)

“ Otherwise, what will they do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are they baptized for the dead?” (NKJ Version)

Jika kita baca secara teliti maka kita akan mendapatkan bahwa Surat tersebut dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan sebagian jemaat Korintus akan adanya  kebangkitan orang mati. Untuk meyakinkan Jemaat Korintus maka Paulus memberi contoh 2 sikap kebiasaan dari orang-orang yang percaya adanya kebangkitan orang mati. Yaitu kebiasaan orang lain dan kebiasaan Rasul Paulus sendiri.

Kebiasan orang-orang di Korintus saat itu ada yang membaptis orang hidup untuk mewakili orang yang sudah mati agar di hari kebangkitan nanti orang mati tersebut memiliki kesempatan untuk diselamatkan.
Agak aneh memang orang-orang Korintus ini, di satu sisi mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati, di sisi lain mereka membaptis orang hidup mewakili orang mati untuk menyelamatkan orang yang mati tersebut pada hari kebangkitan nanti.
Rasul Paulus sendiri jelas tidak melakukan pembaptisan orang mati. Seandainya Rasul Paulus juga melakukan kebiasaan ini maka semestinya ayat tersebut akan berbunyi sebagai berikut:

“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan kami yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa kami mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)

“ Otherwise, what will we do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are we baptized for the dead?” (NKJ Version)

Tetapi pada kenyataannya bunyi ayat tersebut tidak seperti itu tetapi seperti ini:

“Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (ITB Version, huruf miring ditambahkan)

“ Otherwise, what will they do who are baptized for the dead, if the dead do not arise at all? Why then are they baptized for the dead?” (NKJ Version)

Jadi Rasul Paulus menulis ayat tersebut  menggunakan kata ganti subyek they (mereka) bukan we (kami). Sehingga Paulus sendiri tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang melakukan kebiasan membaptis orang hidup bagi orang yang sudah mati.
Sekarang kita tahu kebiasaan membaptis orang hidup untuk orang mati adalah kebiasaan sebagian orang-orang Korintus, bukan pengajaran Rasul Paulus.

Sedangkan ayat 30 hingga ayat 32 menjelaskan kebiasan Paulus dan rasul yang lain yang menunjukan bahwa mereka percaya akan adanya kebangkitan orang mati.

“Dan kami juga--mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? 
Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. 
Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". (ITB Version huruf miring ditambahkan)

“And why do we stand in jeopardy every hour? 
I affirm, by the boasting in you which I have in Christ Jesus our Lord, I die daily. 
If after the manner of men I  have fought with beasts at Ephesus, what advantage is it to me, if the dead do not rise? “Let us eat and drink; for to morrow we die.” (NKJ Version)

Jadi itulah sikap Rasul Paulus untuk menunjukan bahwa Rasul Paulus percaya akan adanya kebangkitan bagi orang mati, ia tidak khawatir terhadap kematian yang mengancamnya setiap hari oleh karena Yesus Kristus.

Jadi jika kita mempraktekan baptisan orang mati maka artinya kita sedang meneladani sebagian orang-orang Korintus membaptis orang hidup bagi orang mati dengan otoritas yang tidak jelas dari siapa. Bagaimana mungkin kita menjadikan ajaran orang yang bukan Rasul dan bukan juga Nabi sebagai fondasi gereja?

Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir juga mengajarkan kekekalan pernikahan di sorga nanti. Penatua Callister, dalam khotbahnya pada kebaktian Church Educational System di Universitas Brigham Young 12 Januari 2014, menggunakan ayat Matius 18:18 sebagai dasar argumentasi tersebut. Namun sayang sekali Penatua Callister tidak terliti dalam membaca Matius 18:18 karena ayat tersebut tidak berbicara mengenai pernikahan. Tetapi ayat tersebut berbicara mengenai cara menolong saudara kita yang jatuh dalam dosa. Yaitu jika kita mengikat saudara kita dengan cara menasehati dan menegur saudara kita yang jatuh dalam dosa saat di bumi ini maka saudara kita tidak terlepas dari Kerajaan Sorga.
Sedangkan Matius 22:30 yang berbicara mengenai pernikahan setelah kematian justru tidak dipergunakan oleh Penatua Callister. Mungkin karena Matius 22:30 bertentangan dengan A&P. 132:19-20.
Yesus mengajarkan bahwa tidak ada pernikahan saat kehidupan kekal nanti. Karena kasih yang dimiliki setiap orang akan disempurnakan seperti kasih Allah (Matius 5:46-48), melampaui kasih seorang laki-laki terhadap seorang perempuan atau seorang suami terhadap isterinya saat ini. Jadi relasi yang kita miliki nanti lebih kuat, lebih murni dan lebih indah dari relasi suami-isteri seperti yang kita kenal sekarang ini.

Setiap jemaat Gereja Yesus Kristus: Orang-orang Suci Jaman Akhir juga diajarkan untuk hidup sehat sebagai buah gereja bagi Tuhan.
Dari sisi kesehatan ajaran ini jelas sangat baik. Tetapi apakah ajaran ini memiliki makna rohani? Maksudnya apakah jika kita tidak memiliki tubuh sehat maka kita tidak mendapat bagian dalam Kerajaan-Nya? Bagaimana dengan ajaran Paulus untuk mempersembahkan tubuh yang hidup, yang kudus sebagai senjata-senjata kebenaran? (Roma 12:1; Roma 6:13). Jelas ajaran Paulus memiliki makna utama yang rohani, artinya jika kita tidak mempersembahkan tubuh yang hidup, yang kudus sebagai senjata-senjata kebenaran maka kita tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Di dalam Matius 15:1-20 Yesus  mengkritik ajaran orang Farisi yang mengajarkan pembasuhan tangan sebelum makan. Ajaran ini memang bagus dari sisi kesehatan, namun ajaran ini adalah ajaran manusia yang diajarkan sebagai doktrin oleh orang Farisi dan Ahli Taurat. Yesus Kristus mengkoreksi bahwa ajaran ini tidak memiliki makna rohani apapun (Mat.15:20).

Ada banyak ajaran-ajaran Gereja Yesus Kristus; Orang-orang Suci Jaman Akhir  yang masih menjadi ganjalan bagi saya, misal: bahwa Bapa memiliki daging dan tulang, bukan semata roh saja, hal ini bertentangan dengan Yoh.4:24; 2 Kor.3:17, sehingga dari hubungan Allah Bapa dan Maria maka lahirlah Yesus Kristus. Hal ini bertentangan dengan Alkitab bahwa Maria mengandung oleh karena kuasa Roh Kudus. Mereka juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Yahweh pada masa PL. Paling tidak semua itu dianggap kebenaran oleh Gereja Yesus Kristus:Orang-orang Suci Jaman Akhir.

Maka seandainya Alkitab adalah kebenaran Allah (Yoh.17:17) dan seandainya A&P adalah juga kebenaran Allah (A&P.19:26) maka bagaimana mungkin ada dua kebenaran yang bertentangan? Harus ada salah satu yang ‘mengalah’ bukan?

Lalu pertanyaan lain yang timbul adalah: “Apakah konsekuensi bagi orang yang melakukan ajaran manusia seakan-akan melakukan perintah Yesus Kristus namun di saat yang sama justru mengabaikan ajaran Yesus Kristus?” Apakah mereka kehilangan keselamatan mereka?
Matius 15:9 menjelaskan kepada kita hal itu sebagai berikut:

“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (ITB Version)

“And in vain they worship Me, teaching as doctrines the commandments of men.” (NKJ Version)

Jika mengajarkan perintah manusia sebagai doktrin maka konsekuensinya adalah ibadah kita sia-sia dihadapan Yesus Kristus. Ibadah kita dianggap tidak pernah ada. Dengan kata lain kita masuk dalam golongan orang-orang yang tidak pernah beribadah kepada Yesus Kristus. Orang-orang yang tidak beribadah kepada Yesus Kristus bagaimana mungkin memperoleh bagian dalam Kerajaan-Nya?



Sumber gambar: tillhecomes.org

Abram Menjadikan Sarai Sebagai Tumbal?

Posted by Unknown 00.06, under | 3 comments

ABRAM MENJADIKAN SARAI SEBAGAI TUMBAL
(Kejadian 12:10-20)



Abram dan Sarai menikah di Ur-Kasdim. Usia nikah seorang laki-laki pada masa itu ±30 tahun. Jadi jika umur Abram saat berada di Haran 75 tahun maka usia pernikahan Abram-Sarai  ±45 tahun, cukup lama ya..

Sarai ini sudah disebut mandul sejak mereka di Ur-Kasdim namun tidak ada usaha Abram untuk menceraikan Sarai atau mengambil isteri lagi meskipun ‘sepertinya’ Abram punya hak untuk melakukannya. Karena pada masa itu memiliki isteri lebih dari satu adalah hal yang biasa, dengan atau tanpa sebab apa pun. Apalagi jika ada sebab-sebab tertentu yang menjadikan laki-laki punya alasan untuk berpoligami, misalnya salah satu alasan laki-laki diperbolehkan oleh masyarakat untuk berpoligami adalah jika si isteri mandul seperti Sarai.
Namun Abram terus menjadikan Sarai satu-satunya istri sekalipun Abram tahu garis keturunannya bakalan terhenti jika ia tetap mempertahankan Sarai sebagai satu-satunya isteri. Barangkali inilah salah satu teladan bagi kita untuk mengasihi pasangan hidup kita apapun kekurangannya. Demikian juga Sarai taat dalam kasih kepada Abram sedemikian hingga ia menyebut Abram sebagai tuan-nya.

Abram ini juga mau mengambil alih tanggungjawab kakaknya yang telah meninggal untuk memelihara keponakannya, Lot. Abram mengasihi Lot sungguh-sungguh. Hal ini terbukti ketika Lot ditawan 5 raja dari timur (Kej.14), Abram dengan segera berperang bagi keselamatan Lot.
Keponakannya saja dikasihi dengan mengorbankan nyawa apalagi terhadap isteri, pasti cintanya jaauuu...hhh lebih besar.

Jujur, saya sering merasa diri sebagai laki-laki yang paling setia, paling baik, paling mengasihi isteri tetapi setelah membaca kisah Kejadian 12 saya jadi sadar diri..
*malu mode: ON* hehehe...

Sekarang keluarga yang saling mencintai ini menghadapi persoalan rumit. Mereka ada pada masa kelaparan yang melanda seluruh Kanaan dan sekitarnya. Penyebab pasti masa kelaparan ini tidak ditulis. Penyebab umum kelaparan biasanya karena hama atau kemarau yang terlampau panjang. Mengingat luasnya wilayah yang dilanda kelaparan bisa jadi penyebabnya adalah kemarau yang sangat panjang.
Diceritakan bahwa posisi mereka saat itu ada disebelah selatan gurun Negeb, artinya mereka berada ±200km dari Sungai Yordan disebelah Utara dan ±150 km dari Sungai Nil di sebelah Barat. Sedangkan disebelah Selatan adalah gunung Sinai dan sebelah Timur adalah Midian, dan gurun Arab, adalah daerah-daerah yang tidak memiliki sungai besar.
 Tetapi Sungai Yordan ada di Kanaan, yaitu daerah yang sedang dilanda kelaparan, artinya Sungai Yordan juga dilanda kekeringan. Sekarang satu-satunya harapan untuk bertahan hidup hanya-lah Sungai Nil.

Seperti diketahui, Sungai Nil merupakan daerah kekuasaan Firaun, negara adidaya pada masa itu. Raja yang kuat ini agaknya juga terkenal suka menghalakan segala cara untuk memuaskan hasratnya terhadap perempuan-perempuan cantik. Persoalan muncul karena Sarai, isteri Abram, adalah perempuan yang sangat cantik meskipun sudah berumur 65 tahun.

Ada persoalan lain lagi bagi kita pembaca Alkitab di masa ini karena tertulis umur Sarai 65 tahun dan disebut masih sangat cantik. Bagi kita umur 65 tahun bukannya sudah nenek-nenek? Masak umur segitu masih begitu cantik sampai-sampai raja sekaliber Firaun ngiler?

Sekali lagi ternyata kita harus membaca data Alkitab lebih hati-hati supaya kita bisa memahami dunia masa itu seperti yang dipaparkan penulisnya.
Satu hal yang kita ketahui dari Alkitab bahwa harapan hidup manusia saat itu masih panjang. Misalnya Nahor kakek Abram mencapai umur 148 tahun. Terah, ayah Abram umurnya mencapai 205 tahun, Abraham sendiri mencapai umur 175 tahun, Ishak bin Abraham mencapai umur 180 tahun, Ismael kakak tiri Ishak mencapai umur 137 tahun. Jadi dari kelima orang tersebut kita dapatkan rata-rata harapan hidup manusia Israel di jaman Abram adalah 170 tahun. Bandingkan dengan rata-rata harapan hidup orang Israel sekarang menurut Wikipedia yang (hanya) 80,96 tahun.
Jadi kondisi fisik Abram yang berumur 75 tahun masa itu jika dikonversi dengan umur manusia jaman sekarang kurang lebih menjadi 75/170 x 80,96  = 35,71765 tahun, kita bulatkan menjadi 36 tahun, sedangkan Sarai 65/170 x 80,96 = 30,95529 tahun, kita bulatkan menjadi 31 tahun. Belum tua-tua amat kan? Pantesan masih disebut cantik..

Perhitungan di atas bukan rumusan baku dari para scientist. Tetapi lebih hanya sebagai cara saya untuk mengatakan bahwa kita tidak bisa begitu saja membawa masa lalu ke dalam masa kini. Ada banyak jurang pemisah antara zaman kita dengan zaman Abram, hanya saja untuk merumuskan sebuah jembatan penghubung yang sempurna antara dua zaman ini saya tidak mampu, oleh karena itu saya memakai cara awam yang sangat sederhana untuk menolong saya memahami adanya perbedaan bahwa seseorang yang berumur 65 tahun di masa itu tidak bisa begitu saja dianggap sama dengan seseorang yang berumur 65 tahun di masa sekarang.

Ok, persoalan Sarai yang berumur 31, eh, 65 ding, tapi cantik saya anggap clear. Masih ada persoalan lagi bagi kita, atau pertanyaan besar mengapa Abram sampai hati menjadikan Sarai tumbal untuk cari selamat diri sendiri? Lagian ngapain juga Sarai nurut saja disuruh-suruh oleh Abram?

Ketika saya mencoba mengambil posisi Abram saat itu, saya merasa sulit sekali untuk mengambil sebuah keputusan. Dari berbagai sisi Abram sangat terjepit. Jika Abram mengambil keputusan untuk balik ke Kanaan maka yang akan ia temui adalah tidak adanya makanan dan air bagi ia dan seluruh orang-orang yang ada di dalam rombongannya. Tanpa air manusia hanya dapat bertahan hidup 2-5 hari saja. Sekalipun seandainya Abram masih memiliki persediaan air, maka dalam waktu 1-2 minggu apakah masih sisa? Sangat mungkin tidak sampai 1-2 minggu saja ia dan seluruh keluarganya akan tumpas di tanah Kanaan.
Sekarang pilihan untuk tetap bertahan hidup bagi ia dan keluarganya hanya dengan berjalan ke Barat yaitu ke Sungai Nil.

Di Mesir, Abram harus menentukan, sekali lagi, sebuah pilihan yang lebih sulit berkenaan dengan ancaman yang datang dari perilaku Firaun saat melihat perempuan cantik.
Sebagai seorang suami yang mencintai isterinya tentu saja ia tidak akan menyerahkan isterinya yang dicintainya kepada laki-laki lain untuk dijadikan pemuas nafsu. Kalau ia tetap mempertahankan Sarai maka akibatnya ia mati dibunuh Firaun dan Sarai tetap saja menjadi alat pemuas nafsu Firaun. Kalau ia mati maka tidak ada lagi harapan bagi Sarai yang dicintainya untuk keluar dari Mesir.
Tetapi jika ia hidup, walaupun harus dengan menyerahkan Sarai ke tangan Firaun, maka selalu akan ada pengharapan bagi Sarai untuk keluar dari cengkeraman Firaun.

Maka Abram dengan hati perih memutuskan untuk tetap hidup agar suatu saat nanti ia bisa membawa istrinya keluar dari tanah Mesir apapun keadaanya. Bukankah sudah ia buktikan bahwa ia mencintai isterinya dengan segala kekurangannya selama 45 tahun sejak dari Ur-Kasdim?
Sarai, sang isteri paham betul cinta suaminya yang kuat terhadap dirinya. Bagaimanapun ia telah lebih dari 45 tahun hidup bersama laki-laki tulus ini. Oleh karena itu ketika Abram memintanya untuk ‘pasrah’ diambil Firaun, Sarai mentaati permintaan suaminya ini.

Susah sekali bagi saya untuk tidak menitikkan air mata ketika mengetahui pengorbanan sang suami dan sang isteri yang sama-sama berat ini.  Dalam masalah yang berat ini mereka masing-masing memberi diri untuk menanggung beban persoalan secara bersama-sama.

Namun terpujilah TUHAN, Allah Yang Hidup, Allah Abram yang tidak pernah tinggal diam! IA menghardik Firaun dengan kerasnya sehingga Firaun ketakutan dan menyerahkan Sarai kembali kepada Abram saat itu juga.

Memang benar bahwa di dalam TUHAN segala persolan pasti memiliki Happy Ending! Karena bagi DIA, Abram – bapa orang percaya itu - dan kita anak-anak Abram di dalam iman, adalah biji mata-Nya, artinya jika mata kena debu yang paling kecil sekalipun akan membuat DIA yang memiliki mata akan merasa perih kesakitan. Nah, kalau Yang Maha Kuat sudah kesakitan, IA akan membela biji mata-Nya, siapakah yang akan tahan menerima hardikan-Nya?

Hari ini saya belajar tentang arti cinta, ketulusan dan pengorbanan dari Abram, Sarai dan tentu saja, dari TUHAN.

Tidak ada pilihan Ketiga

Posted by Unknown 11.40, under | No comments

Sumber: www.123rf.com


Kitab Kejadian pasal 12 ini bercerita tentang panggilan TUHAN kepada keluarga Abram. Keluarga ini terdiri dari Terah, Abram, Sarai dan Lot.
Terah ini adalah ayah Abram, Nahor dan Haran. Sedangakan Lot adalah anak alm Haran.  Sarai isteri Abram (Sarai masih ada hubungan keluarga dengan Abram – Kej.12:13), istri Nahor adalah Milka ( Milka ini anak Haran, jadi Nahor menikahi keponakannya). Jadi pada masa itu keluarga Terah memang memiliki tradisi untuk tidak mengambil isteri dari luar keluarga mereka. Cara ini juga masih di pakai Abram ketika ia menikahkan Ishak anaknya (Kej.24:3), dan cara ini juga dipakai Ishak ketika menikahkan Yakub (Kej.28:1).

Dalam Kitab Kejadian 11:31 disebutkan bahwa Terah membawa keluarganya, yaitu anak, menantu dan cucunya, pergi dari Ur-Kasdim menuju ke Haran

Kej. 11:31  Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana.
Kej. 11:32  Umur Terah ada dua ratus lima tahun; lalu ia mati di Haran.


Kemudaian datanglah Firman TUHAN kepada Abram:

Kej.12:1  Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Kej. 12:2  Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Kej. 12:3  Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

Sekarang kita akan coba pisah-pisah kalimat-kalimat dalam Firman tersebut supaya kita mendapat gambaran yang jelas dari maksud TUHAN melalui FirmanNya.
  1. Ayat 1: Abram diperintahkan TUHAN untuk pergi dari negerinya menuju ke tanah yang dijanjikan.
  2. Ayat 2a : Abram akan dibuat menjadi bangsa yang besar, namanya akan dibuat termasyur.
  3. Ayat 2b : Abram akan diberkati dan akan menjadi berkat. (menjadi berkat bagi siapa? Ayat 2b tidak menjelaskan tetapi di ayat 3 dijelaskan siapa yang mendapat berkat TUHAN melalui Abram)
  4. Ayat 3 : Orang yang memberkati Abram akan diberkati TUHAN, orang yang mengutuk Abram akan dikutuk TUHAN  dan hal ini berlaku bagi seluruh kaum di muka bumi.
Hanya saja sampai kapan konsep berkat dan kutuk melalui Abram itu berlaku bagi semua bangsa tidak dijelaskan dengan gamblang. Apakah hanya berlaku pada saat Abram hidup atau berlaku seterusnya sampai sekarang. Tapi pada kenyataannya bahwa kemasyuran nama Abram sebagai bangsa yang besar dan yang diberkati, sebagai bagian dari konsep tersebut, tidak saja bergema pada masa itu saja tetapi masih bergema diseluruh bumi sampai pada hari ini. Maka dapat disimpulkan bahwa janji tersebut berlaku jauh sampai pada masa sesudah Abram.

Kembali pada masa itu, mengenai orang-orang yang hidup di masa Abram, yaitu bangsa-bangsa yang tinggal di tanah Kanaan di sekitar Abram (bangsa Kanaan, bangsa Het, bangsa Amori, bangsa Feris, bangsa Hewi, bangsa Yebus), Firman TUHAN menyebutkan bahwa mereka hanya memiliki 2 pilihan, yaitu memberkati Abram atau mengutuk Abram (Kej.12:3).
Bagaimana dengan pilihan ke-3? Ada atau tidak? Misalnya sikap netral, tidak mengutuk tapi juga tidak memberkati Abram?

Untuk menjawab hal itu, kita kembali kepada tujuan Abram dan keturunannya datang ke tanah Kanaan yang didiami oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu untuk menguasai tanah Kanaan, sehingga tidak mungkin bagi bangsa-bangsa di sana untuk bersikap netral. Bagi mereka hanya ada 2 pilihan: melawan atau menyerahkan tanahnya dengan sukarela. Melawan berarti ada dalam posisi memusuhi (mengutuk), menyerah dengan sukarela berarti ada dalam posisi menjadi sekutu (memberkati).
Banyak contoh yang dipaparkan Alkitab bagaimana bangsa-bangsa yang memusuhi bangsa keturunan Abram kemudian dihukum TUHAN. Puncak dari kehidupan dosa mereka adalah penolakan terhadap keturunan Abram (Kej.15:14-16).

Dunia pada masa Abram bagaikan bayangan dunia kita sekarang. Abram sebagai gambaran dari Kristus sedangkan kita sebagai orang-orang Kanaan, yaitu orang-orang yang tidak mengenal Allah sebelumnya. Demikian juga kita pada masa sekarang diperhadapkan pada DUA pilihan; mengutuk Kristus atau memberkati Kristus.
Dalam Mat.12:30 Yesus mengatakan bahwa siapa yang tidak bersama-Nya berarti melawan Dia. Dalam hal ini juga tidak ada posisi netral. Bagaimana mungkin ada posisi netral ketika Kristus datang ke dunia ini untuk ‘merebut’ hidup kita menjadi milik-Nya, dari gelap kepada terang.
Namun menjadi seseorang yang beragama Kristen tidak otomatis menjadi orang yang menerima Kristus. Ukuran menerima Kristus hanya satu yaitu hidup selaras dengan kehendak Bapa-Nya. (Mat.13:50).
Apakah kita mau menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya dengan sukarela atau kita menolaknya dan tetap menguasai hidup kita untuk diri sendiri dalam dosa, terserah Anda menentukannya, namun yang jelas dalam hal ini tidak ada pilihan ketiga, tidak ada alternatif lain.
Dalam Kristus ada pengampunan, masa depan, dan damai sejahtera. Di luar Kristus Anda sendirian menjalani hidup yang sementara ini dengan kekuatanmu sendiri, sangat melelahkan.
Sekarang di hadapan kita ada dua pilihan, menerima Yesus atau menolak Yesus. Menerima berarti tidak dihukum dan diselamatkan atau menolak yang berarti dihukum Allah. Ingatlah TIDAK ADA PILIHAN KETIGA.




sumber gambar: www.123rf.com

Hati Nurani Babel Sudah Mati

Posted by Unknown 13.05, under | No comments



Dalam kitab Kejadian dari pasal 3 sampai pasal 11 ini, ada banyak kota yang dibangun oleh anak-anak manusia, namun hanya ada satu kota yang mendapat perhatian khusus dari TUHAN, yaitu kota Babel.
Kalau kita sedikit meneliti perbedaan antara kota Babel dan kota-kota lain sebelum Babel adalah adanya menara di tengah kota Babel sementara kota lain sebelum Babel tidak memiliki menara seperti Babel, misalnya kota yang dibangun oleh Kain. Lalu mengapa Babel dibubarkan TUHAN sementara kota lain tidak?

Tidak banyak referensi dalam Alkitab mengenai Babel. Satu-dua ayat yang menyinggung Babel ada di kitab PL dan PB, namun yang menarik baik PL maupun PB memiliki dua tema yang sama mengenai Babel, yaitu penyembahan berhala / perzinahan rohani dan kekerasan.

Memang antara jaman Nimrod dan jaman Nabi-nabi Israel penulis kitab PL dan PB ada gap waktu yang cukup panjang, namun semua kebiasaan orang Babel yang disebut di dalam kitab para nabi tentunya bukan muncul secara tiba-tiba, ia telah berproses jauh-jauh hari. Sangat mungkin telah muncul ratusan tahun sebelumnya. Misalnya, 2Raj.17:30 menyebut orang Babel menyembah dewa Sukot-Benot, Yer.51:44 menyebut di Babel ada dewa Bel, Yeh.17:20 menyebut Babel yang tidak setia, Yeh.23:17 Babel yang menajiskan diri dengan perzinahan dan pelacuran, Daniel 3:1 menceritakan patung Nebukadnezar yang disembah rakyat Babel, Maz.87:4 menyandingkan Rahab dan Babel dalam satu kalimat, Maz.137:8 menyebut Babel suka melakukan kekerasan, Yes.21:9 menyebut Babel yang melakukan penyembahan berhala.
Dalam PB juga menyebut sebuah kota yang bernama Babel dengan tema perzinahan dan pelacuran, misalnya Wah.14:8; 17:5.

Jadi sangat mungkin pada saat Babel beserta menaranya dibangun oleh Nimrod, manusia paling kuat saat itu, kota dan menara tersebut dibangun dengan tujuan untuk penyembahan berhala dan usaha dominasi kelompok Nimrod terhadap manusia lain. Itulah sebabnya TUHAN bertindak menghentikan pembangunan Babel dan menyerakkan populasi saat itu.

Lalu mengapa TUHAN hanya menghentikan Babel? Bukankah setelah itu tetap saja muncul kota-kota yang seperti Babel, misal Niniwe dll? Bahkan Babel sendiri tetap diteruskan pembangunannya setelah pernah dicegah oleh TUHAN sebelumnya.

Dari pasal-pasal sebelumnya terlihat pola TUHAN dalam usahaNya mencegah kejatuhan manusia. Dimulai dari Adam, TUHAN sudah memberi peringatan beserta sanksi untuk mencegah dosa ketidaktaatan yang pertama. Kemudian di era Kain, TUHAN juga memberi peringatan kepada Kain untuk tidak berbuat dosa pembunuhan yang pertama. Demikian juga di masa Nimrod, TUHAN mencegah dosa penyembahan berhala dan kekerasan dengan menggagalkan rencana Nimrod membangun Babel. Namun kalau mereka tetap berkeras melakukannya maka TUHAN barangkali dengan berat hati mendiamkan manusia melakukan dosa yang diingini hatinya tersebut, tentunya sambil menjalankan rancangan penyelamatan untuk manusia.
Di masa sekarang pun kita juga mengalami hal yang sama walaupun dengan cara yang sedikit berbeda.
Dulu waktu saya hendak melakukan dosa, entah dosa pencurian atau pun perzinahan, kekerasan, kemabukan, atau penipuan, rasanya berat sekali melakukan untuk yang pertama kali (... banyak banget dosa saya ya... parah-parah lagi...), hati kecil ini menolak dengan keras, mencoba untuk mencegah saya. Namun semakin dilawan maka hati nurani yang menentang tadi semakin lirih suaranya dan akhirnya diam. Sehingga untuk berbuat dosa pencurian atau perzinahan yang kedua, ketiga dan seterusnya sudah tidak ada beban lagi di dalam hati saya.
Demikianlah cara kerja Tuhan secara umum bagi manusia. Hati nurani yang murni adalah peringatan awal dari Tuhan. Ia mengingatkan kita ketika kita berniat untuk melakukan dosa. Tidak tepat jika kita terus menerus mengeraskan hati.
Mengambil jalan pulang kembali kepada Tuhan adalah keputusan yang tepat seperti halnya Niniwe di masa Yunus yang mengambil keputusan untuk kembali kepada TUHAN selagi pintu anugerah masih terbuka. TUHAN penuh pengampunan, apapun bentuk dosa kita, baik dosa yang tidak parah atau dosa yang parah sekalipun, IA tetap mampu menghapusnya dari ingatanNya.